Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Jepang Mundur Agustus

Kompas.com - 06/06/2011, 03:11 WIB

Tokyo, Minggu - Tekanan semakin meningkat, Minggu, bagi PM Jepang Naoto Kan untuk mundur segera. Mitra koalisinya di pemerintahan mengatakan, dia siap mundur pada Agustus 2011.

Dengan demikian, jika dia mundur, dalam lima tahun terakhir Jepang sudah punya lima perdana menteri. Ini berbeda dengan Junichiro Koizumi yang berhasil bertahan selama lima tahun (2001-2006).

”Pikirannya yang sebenarnya adalah bagaimana menyelesaikan tugas sebelum akhir Agustus,” kata Shizuka Kamei, Pemimpin Partai Rakyat Baru, yang merupakan mitra koalisi pemerintahan berkuasa. Naoto Kan sendiri berasal dari Partai Demokrat Jepang (JDP).

”Itu adalah gagasan yang dikatakan ketika saya bertemu dia,” kata Kamei pada televisi Asahi, Minggu (5/6), Tokyo.

Mundurnya Kan akan mempermudah jalan bagi sebuah koalisi dengan oposisi, Partai Demokrat Liberal (LDP). Koalisi ini membuka kemungkinan untuk disetujuinya sebuah rancangan undang-undang soal anggaran.

RUU akan membuka pintu bagi pemerintah untuk menerbitkan lebih banyak surat utang demi mendukung anggaran tahun ini. Diperlukan anggaran ekstra sebesar 1 triliun dollar AS untuk membangun kembali kawasan yang hancur oleh gempa dan tsunami, 11 Maret.

Ketidakcocokkan LDP dan JDP membuat semua program pemerintah mental di Diet (parlemen Jepang). Namun, masih jauh dari jelas apakah koalisi sementara itu bisa menangani masalah-masalah jangka lebih panjang, seperti utang negara Jepang yang sudah sangat besar itu.

Utang Jepang kini sudah mencapai 200 persen dari produk domestik bruto (PDB). Porsi utang yang relatif aman adalah maksimum 60 persen dari PDB.

Selamat karena berjanji

Kan selamat dari mosi tidak percaya di parlemen pada Kamis lalu. Itu terjadi setelah dia mengatakan kepada para pemberontak di dalam partai berkuasa bahwa dia akan mundur. Namun, dia menegaskan perlu lebih banyak waktu untuk mencoba mengatasi masalah-masalah yang paling mendesak yang dihadapi Jepang, terutama akibat krisis nuklir setelah tsunami pada Maret.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com