Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Militer bagai Negara Dalam Negara

Kompas.com - 06/06/2011, 03:08 WIB

Lembaga militer Pakistan selama ini menyerupai negara dalam sebuah negara. Kekuatan dan kemapanan lembaga ini hampir tidak tersentuh. Namun, penyerangan terhadap Osama bin Laden oleh pasukan elite AS pada 2 Mei mulai menggoyang eksistensi militer.

Lembaga ini mulai mendapatkan tekanan dari pemerintahan sipil, yang menghendaki agar militer berada di bawah dan tunduk kepada pemerintah. Hal ini belum terjadi selama bertahun-tahun atau sejak Banglades terpisah dari Pakistan pada 1971.

Militer Pakistan kini terjepit karena tekanan internasional dan sentimen negatif dalam negeri. Namun, masih jadi pertanyaan apakah pemerintahan Pakistan bisa bertindak tegas terhadap para militan, yang diduga mendapatkan perlindungan dari militer Pakistan.

Sejumlah pengamat mengatakan, Pemerintah Pakistan seharusnya memanfaatkan momentum untuk mengeluarkan kebijakan tegas, dengan mengakhiri kebijakan militer untuk membantu atau melindungi para militan. Selama ini kebijakan militer Pakistan termasuk mendukung para kelompok militan untuk menentang cengkeraman India atas wilayah Kashmir.

Dianjurkan juga agar peran kuat militer di dalam Pemerintah Pakistan dikikis. Namun, hampir semua pengamat meragukan kemampuan pemerintah di bawah Presiden Asif Ali Zardari. ”Kita memerlukan sebuah perubahan pengamanan, baik secara politik ataupun militer,” kata Ayaz Amir, seorang kolumnis dan juga anggota parlemen Pakistan.

Setelah serangan 2 Mei lalu, pihak oposisi Pakistan berang terhadap pemerintah karena dianggap tidak bisa mencegah serangan pasukan elite AS. Pemerintah dinilai tak berdaya, atau tidak lebih tahu soal serangan itu ketimbang lembaga militer.

Kejadian ini mencuatkan persoalan lama, yang diketahui diam-diam oleh rakyat Pakistan, bahwa pemerintah tidak bisa mengatasi keberadaan lembaga militer. Rakyat menganggap pemerintah tidak lebih tahu soal gerak-gerik militer, yang seharusnya tunduk dan berada di bawah pemerintahan.

Secara resmi militer berada di bawah pemerintahan sipil. Namun, secara de facto, militer Pakistan memiliki posisi tawar-menawar yang lebih kuat dalam kebijakan pertahanan dan kebijakan luar negeri. Bahkan, kebijakan militer dan pertahanan Pakistan diduga kuat berada di bawah genggaman para petinggi militer, yang tidak bisa ditembus pemerintahan sipil.

Ditambahkan, bahkan militer Pakistan bisa bertindak di luar hukum yang ada. Lembaga ini begitu menakutkan dan amat disegani. Muncul opini bahwa sesungguhnya militer Pakistan berperan sebagai pengendali negara.

Kini para pendukung militer pun berang. Mereka kecewa dengan ketidakmampuan militer mencegah intrusi pasukan elite AS. Ini untuk menghindari ucapan bahwa militer sengaja bersikap buta terhadap serangan pasukan elite AS itu. Namun, banyak para pejabat militer Pakistan yang berang dengan serangan AS itu.

Pengepungan atas basis Pangkalan Angkatan Laut Pakistan di Karachi selama 17 jam pada 22 Mei lalu juga semakin merusak citra militer. Rakyat bertanya, bagaimana bisa kelompok militan bisa menguasai fasilitas militer. Kejadian ini bahkan memunculkan pertanyaan, apakah militer diam-diam memberikan dukungan kepada militan yang mengepung itu?

Akhir-akhir ini kecurigaan semakin mencuat. Rakyat menduga bahwa jaringan mata-mata Pakistan yang dikendalikan militer berada di balik pembunuhan seorang wartawan, Saleem Shahzad (40), yang jenazahnya ditemukan pada Selasa (31/5).

Dia dikabarkan hendak melakukan investigasi tentang hubungan kelompok militan dengan militer. Wartawan itu sebelum meninggal sempat memberi tahu orang-orang terdekatnya bahwa dia telah mendapatkan ancaman dari agen-agen intelijen. Para pejabat militer Pakistan membantah hal itu.

Al Qaeda diburu

Di samping kemelut militer, AS sendiri terus memburuh tokoh-tokoh Al Qaeda.

Salah seorang komandan lapangan terpenting Al Qaeda, Ilyas Kashmiri (47), diberitakan tewas dalam sebuah serangan pesawat tanpa awak AS di wilayah Waziristan, Jumat (3/6).

Sebelumnya militer Pakistan menyatakan keengganan melakukan serangan terhadap wilayah itu, yang diduga merupakan markas para militan. Serangan terjadi ketika para kaum militan sedang menikmati teh di sebuah kebun apel.

Sejumlah saksi mata mengungkapkan telah melihat Kashmiri dan sejumlah pembantunya berada di wilayah itu sekitar 10 hari lalu. Pihak Harkatul Jihad al-Islami (HJI) membenarkan tewasnya Kashmiri itu.

AS pernah menjanjikan hadiah 5 juta dollar AS bagi siapa pun yang membantu memberi informasi tentang keberadaan Kashmiri itu.

Pesawat tanpa awak AS menembakkan rudalnya ke kompleks kaum militan di wilayah kabilah dekat perbatasan dengan Afganistan dan menewaskan lima dari kaum militan itu, tanpa disebut identitas para korbannya.

Serangan AS ke Waziristan dan wilayah kabilah lainnya di Pakistan merupakan yang kesembilan kalinya sejak tewasnya Pemimpin Tanzim Al Qaeda Osama bin Laden oleh pasukan khusus AS di kota Abbottabad pada 2 Mei. (AP/mth/mon)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com