Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asetnya Milik Daerah, Rezekinya ke Jakarta

Kompas.com - 05/06/2011, 03:50 WIB

Unggul atau gagal dalam kontes dunia ”New 7 Wonders” yang sedianya diumumkan November 2011, reptil purba komodo atau Varanus komodoensis tetaplah tidak tergantikan sebagai salah satu keajaiban dunia. Kadal raksasa turunan dinosaurus itu tetap bertahan di habitatnya di Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sejak April lalu memang telah menghentikan vote komodo. Keputusan itu lahir setelah pihaknya dicoret sebagai pendukung vote komodo oleh penyelenggaranya, Yayasan New7Wonders. Konon, pencoretan itu terjadi setelah Kembudpar menolak tawaran New7Wonders agar Indonesia menjadi tuan rumah pengumuman hasil seleksi tujuh keajaiban dunia November nanti dengan tebusan 10 juta dollar AS.

Ternyata, polemik antara Kembudpar dan yayasan penyelenggara itu tidak serta-merta memupuskan harapan Taman Nasional (TN) Komodo meraih predikat tujuh keajaiban dunia. Dilaporkan, TN Komodo hingga akhir Mei lalu tetap masuk nominasi, bersaing ketat dengan hutan Amazon.

Meski belum mencapai puncaknya, keiikutsertaan dalam seleksi menuju tujuh keajaiban dunia telah semakin melambungkan nama TN Komodo bersama reptil purbanya. Hal itu sekaligus berdampak positif terhadap pengembangan pariwisata Manggarai Barat. Sebagai contoh, dari sisi kunjungan wisatawan, selama empat tahun terakhir terjadi lonjakan luar biasa. Pengunjung, yang sekitar 95 persen wisatawan asing, pada tahun 2007 berjumlah 16.000 orang. Pada tahun 2008 jumlah pengunjung naik menjadi 21.000 orang, tahun 2009 menjadi 36.000 orang, dan tahun 2010 menembus 45.000 orang.

Kepala Dinas Pariwisata Manggarai Barat Paulus Selasa dalam diskusi terbatas yang digelar Kompas di Labuan Bajo, kota Kabupaten Manggarai Barat, Selasa (23/5), mengatakan, jumlah wisatawan yang berkunjung ke TN Komodo tahun 2011 diperkirakan mencapai 50.000.

”Hingga akhir April lalu, jumlah pengunjung sudah mencapai 11.000 orang. Seperti tahun-tahun sebelumnya, lebih dari 90 persen pengunjung adalah wisatawan asing,” papar Paulus Selasa.

Diskusi itu juga diikuti kalangan DPRD Manggarai Barat dan para pelaku pariwisata di Labuan Bajo, termasuk perwakilan dari Swisscontact, lembaga internasional yang secara khusus mendorong pengembangan pariwisata di Pulau Flores.

Dampak positif lainnya, Labuan Bajo kini telah mencatatkan diri sebagai kota kabupaten yang kemajuannya terpesat di NTT. Baru delapan tahun berstatus sebagai kota Kabupaten Manggarai Barat—lepas dari induknya, Kabupaten Manggarai, tahun 2003—Labuan Bajo kini sudah memiliki dua hotel berbintang dan puluhan hotel melati. Jumlah hotel berbintang di Labuan Bajo menyamai hotel berbintang di Kota Kupang yang berstatus sebagai kota Provinsi NTT. Dua kota utama di Pulau Flores, yakni Ende dan Maumere, juga boleh dibilang kalah kelas dengan Labuan Bajo karena hanya punya hotel melati.

”Karena nama dan daya tarik komodo yang terus melambung, Labuan Bajo kian diincar investor perhotelan,” tutur Ketua Asita Manggarai Barat Theodorus Hamun.

Namun, Zakarias Samuel Sem dari Tourism Management Organization (TMO), organisasi binaan Swisscontact untuk pengembangan pariwisata Manggarai Barat dan daerah lain di Flores, berpandangan berbeda. Katanya, dampak positif vote komodo yang diikuti tersebut justru merupakan ancaman bagi daerah setempat terutama warga lokal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com