Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Tekan Presiden Yaman Segera Mundur

Kompas.com - 03/06/2011, 03:11 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com - Gedung Putih menyatakan, Kamis (2/6/2011), pejabat tinggi kontra-terorisme John Brennan akan bekerja sama dengan negara-negara Teluk sekutu AS untuk meningkatkan tekanan pada Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh agar segera melepaskan kekuasaan.

Menurut Gedung Putih, lawatan Brennan ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab bertujuan membahas situasi yang memburuk di Yaman, sekutu AS yang kini dilanda kekerasan politis. "Lawatan ini didorong oleh keprihatinan kami mengenai kejadian-kejadian di Yaman," kata juru bicara Gedung Putih Jay Carney.

"Ia secara pasti bekerja sama dengan sekutu-sekutu kami di kawasan itu untuk mengetahui apa yang bisa dilakukan guna membujuk Presiden Saleh menandatangani perjanjian dan memulai penyerahan kekuasaan segera," kata Carney.

Lawatan Brennan, pembantu utama Obama dalam masalah kontra-terorisme dan keamanan dalam negeri, dilakukan ketika pemerintah Yaman mengajukan kemungkinan Saleh akan menandatangani rencana penyerahan kekuasaan yang diprakarsai Dewan Kerja Sama Teluk, setelah seruan berbulan-bulan agar ia mengundurkan diri.

Perjanjian itu menetapkan Saleh meninggalkan kekuasaan dalam waktu 30 hari, dan sebagai imbalannya, ia akan memperoleh kekebalan dari penuntutan.

Bentrokan-bentrokan mematikan antara orang suku oposisi dan pasukan Saleh mengguncang Sanaa, menewaskan lebih dari 60 orang sejak Selasa.

Kelompok suku yang setia pada pemimpin oposisi kuat Sheikh Sadiq al-Ahmar terlibat dalam pertempuran dengan pasukan pemerintah di Sanaa setelah Saleh menolak menandatangani perjanjian transisi yang ditengahi negara-negara Teluk itu.

Saleh, yang telah berkuasa selama 33 tahun, menghadapi protes sejak Januari untuk menuntut pengunduran dirinya, yang disambut dengan tindakan keras aparat keamanan.

Demonstrasi di Yaman sejak akhir Januari yang menuntut pengunduran diri Saleh telah menewaskan lebih dari 200 orang.

Dengan jumlah kematian yang terus meningkat, Saleh, sekutu lama Washington dalam perang melawan Al-Qaeda, kehilangan dukungan AS.

Pemerintah AS mengambil bagian dalam upaya-upaya untuk merundingkan pengunduran diri Saleh dan penyerahan kekuasaan sementara, menurut sebuah laporan di New York Times.

"Para pejabat AS menganggap posisi Saleh tidak bisa lagi dipertahankan karena protes yang meluas dan ia harus meninggalkan kursi presiden," kata laporan itu.

Meski demikian, Washington memperingatkan bahwa jatuhnya Saleh selaku sekutu utama AS dalam perang melawan Al-Qaeda akan menimbulkan ancaman nyata bagi AS.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP).

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangka warga Nigeria alat yang secara teknis canggih dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia. Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com