ROMA, KOMPAS.com — Pemimpin Libya Moammar Khadafy kembali terpukul. Menteri Perminyakan Shukri Ghanem telah membelot dan kini berada di Roma, Italia, Rabu (1/6/2011).
"Situasinya sudah tidak memungkinkan, jadi saya meninggalkan negara dan pekerjaan saya untuk bergabung dengan pilihan pemuda Libya demi memperjuangkan negara demokratis," kata Ghanem.
Ghanem mengaku meninggalkan rezim Khadafy dua minggu lalu dan tiba di Roma, Selasa (31/5/2011). Kementerian Luar Negeri Italia menolak memberi komentar tentang pembelotan Ghanem.
Hingga kini Libya bersikukuh mengatakan bahwa Ghanem melakukan perjalanan dinas. Bahkan pekan lalu Kementerian Luar Negeri Libya mengatakan Ghanem akan mewakili pemerintah Khadafy pada pertemuan OPEC di Vienna, Austria, 8 Juni mendatang.
Menurut Ghanem, infrastruktur perminyakan di negaranya rusak berat akibat perang. "Beberapa sumur minyak ditutup dengan cepat tanpa prosedur yang benar. Situasi itu menyebabkan produksi berhenti sama sekali." jelasnya.
Peralatan pun banyak yang dicuri atau hancur. Itu artinya sangat banyak yang perlu dilakukan untuk memulai produksi.
Pembelotan Ghanem menyusul delapan perwira senior tentara Libya, termasuk lima jenderal. Sementara 13 perwira lain, di antaranya seorang kolonel dan lima komandan, melarikan diri ke Tunisia.
Ledakan di Hotel Diplomat
Sementara itu di Benghazhi, yang dianggap ibu kota kaum pemberontak, sebuah mobil meledak di depan hotel tempat para diplomat dan wartawan asing menginap, Rabu (1/6/2011). Menurut juru bicara kaum pemberontak Jalal el-Gallal, ledakan itu terjadi di halaman parkir Hotel Tibesti, namun tidak menyebabkan jatuhnya korban jiwa maupun terluka. Mobil yang terbakar itu mengeluarkan asap hitam ke udara.
"Ini aksi pengecut," ujar El-Gallal, seraya melontarkan dugaan bahwa serangan itu dilakukan oleh pengikut pemimpin Libya Moammar Khadafy.