Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratko Mladic Tiba di Belanda

Kompas.com - 01/06/2011, 08:42 WIB

DEN HAAG, KOMPAS.com - Bekas pemimpin militer Serbia Bosnia, Ratko Mladic, tiba di Den Haag, Belanda, Selasa (31/5/2011), untuk menghadapi tuduhan genosida dan kejahatan perang setelah hampir 16 tahun dalam pelarian.

Tayangan televisi memperlihatkan sebuah pesawat dengan tulisan "Republik Serbia" di sisinya menyentuh landasan bandara Rotterdam pada pukul 19.45 waktu setempat (pukul 00.45 WIB, Rabu) dan sebuah taksi menuju ke hanggar yang dijaga sangat ketat diikuti oleh dua jip hitam. Sebuah helikopter Belanda menunggu di tarmak untuk membawa Mladic ke unit tahanan PBB di Den Haag, lokasi  Pengadilan Kejahatan Internasional untuk bekas Yugoslavia (ICTY).

Pihak penuntut telah mendakwa Mladic, bekas kepala militer Serbia Bosnia, dengan genosida atau pembasmian etnis, pembunuhan, pendeportasian, tindakan tidak manusiawi, dan perlakuan kejam dalam upaya untuk mencapai "pembersihan atau penghilangan" Muslim dari wilayah Bosnia guna mengejar sebuah negara "Serbia yang lebih besar". Ia dituduh mendalangi pembunuhan besar-besaran di Srebrenica tahun 1995 terhadap lebih dari 7.500 pria dan anak laki-laki Muslim, yang merupakan kekejaman terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II. Ia juga dituduh terkait pengepungan selama 44 bulan terhadap ibu kota Bosnia, Sarajevo, sejak  Mei 1992 dimana 10.000 orang telah tewas.

Sebelumnya, Selasa, hakim-hakim Serbia menolak banding Mladic terhadap pengirimannya ke ICTY yang didukung PBB untuk menghadapi pengadilan terkait dugaan kekejaman yang dilakukan pada saat perang Bosnia 1992-1995.

Orang yang paling dicari di Eropa itu ditangkap di desa Lazarevo di Serbia utara, Kamis, dan ditahan oleh pengadilan kejahatan perang Serbia di Beograd hingga keberangkatannya ke Den Haag. Upaya banding bekas jendral dengan alasan kesehatan yang "mengkhawatirkan" telah gagal dan ia dinyatakan sehat untuk menghadapi tuduhan genosida, kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, yang dilakukan pada saat perang Bosnia 1992-1995.

Di Den Haag, Mladic akan bergabung dengan bekas pemimpin politik Serbia Bosnia, Radovan Karadzic, yang sekarang ini sedang diadili. Mladic yang dicari karena dikenai 15 tuduhan, berisiko mendapat hukuman penjara seumur hidup jika terbukti bersalah.

Begitu ia tiba di Den Haag, hak-haknya akan dibacakan dan ditanya apakah ia akan berbicara pada seorang pengacara. Menurut prosedur pengadilan itu, ia kemudian akan tampil di hadapan tiga hakim pengadilan "tanpa penangguhan". Pada penampilan awalnya, Mladic akan diminta untuk mengajukan pembelaan atas tuduhan-tuduhan dalam dakwaannya. Jika ia menolak, ia akan diberi 30 hari lagi untuk mempertimbangkannya, setelah itu pengadilan tersebut akan memulai pembelaan tidak-bersalah atas namanya.

Mladic telah menyatakan melalui anak laki-lakinya, Darko Mladic, bahwa ia tidak terkait dengan pembunuhan besar-besaran di Srebrenica. Sebelumnya, Selasa, Mladic mengunjungi makam anak perempuannya, Ana, yang bunuh diri pada usia 23 tahun. Menurut sejumlah laporan, Ana bunuh diri karena tuduhan-tuduhan terhadap ayahnya. Jendral pensiunan itu kembali ke sel tahanannya, kemudian pada siang harinya diterbangkan dengan pesawat ke Belanda.

Serbia pada umumnya tetap damai menyusul berita penangkapan dan esktradisi Mladic. Ribuan warga Serbia Bosnia berdemonstrasi, Selasa, untuk menunjukkan dukungan mereka kepada Mladic. Polisi mengatakan, sebanyak 10.000 demonstran telah berkumpul di Banja Luka, ibu kota Republika Srpska, wilayah Serbia Bosnia, untuk menentang penangkapan Mladic di Serbia pekan lalu dan memujinya sebagai "anak laki-laki yang berani".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com