Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khadafy Ditinggal 5 Jenderal

Kompas.com - 31/05/2011, 07:43 WIB

ROMA, KOMPAS.com — Hanya beberapa jam setelah menerima kunjungan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, pemimpin Libya Moammar Khadafy mendapat kabar buruk. Lima jenderalnya mengumumkan pembelotan. Pembelotan itu diikuti dua kolonel, seorang mayor, dan lebih dari 100 tentara Libya.

"Yang terjadi terhadap rakyat membuat kami takut," terang salah seorang perwira yang menyebut dirinya Jenderal Oun Al Oun saat mengumumkan pembelotan mereka di Roma, Italia, Senin (30/5/2011).

"Banyak sekali pembunuhan, genosida, dan kekerasan terhadap perempuan. Bahkan tidak ada orang bijak dan rasional dengan martabat terendah pun bisa melakukan hal-hal yang kami lihat sendiri dan yang diperintahkan oleh Khadafy," lanjutnya.

Pengumman pembelotan bisa jadi menyalakan kembali harapan para penentang Khadafy. Salah seorang perwira, Jenderal Melud Massoud Halasa, mengatakan, kekuatan militer Khadafy kini tinggal 20 persen dari ketika revolusi pecah pertengahan Februari. "Tak lebih dari 10"  jenderal yang masih setia kepada Khadafy.

Pemerintah Italia mengklaim pembelotan itu berkat "hasil kerja intelijen kami yang hati-hati dan kompeten". "Anda sudah membuat keputusan yang tepat dengan meninggalkan rezim yang tidak mempunyai masa depan," kata Menteri Luar Negeri Italia Maurizio Massar saat memperkenalkan kedelapan perwira Libya itu dalam sebuah konferensi pers di Roma.

Menurut Abdul Rahman Shalgham, mantan menteri luar negeri yang sebelum membelot merupakan perwakilan Tripoli di Perserikatan Bangsa-bangsa, para perwira itu bagian dari 120 anggota militer yang meninggalkan Khadafy dan Libya dalam beberapa hari terakhir. "Kami berharap lebih banyak orang bergabung dengan kami," katanya.

Sementara Jenderal Salah Giuma Yahmed menyatakan, pembelotan yang terus berlanjut, berarti kekuatan militer tidak lagi bisa mendukung rezim Khadafy. "Kekuatan NATO terus melumpuhkan tentara Khadafy dan kekuatan mereka kini tinggal 20 persen," ujar Yahmed. Ia menjelaskan, kondisi di Tripoli sangat sulit. Rakyat sulit mendapatkan makanan dan pasokan gas pun menipis.

Jenderal Oun mengajak semua perwira untuk bergabung dalam revolusi. "Kejayaan sudah dekat," katanya.

Secara terpisah, juru bicara Dewan Transisi Nasional Mahmoud Shammam mengatakan, para pemberontak belum menerima uang yang dijanjikan kepada mereka. "Sejauh ini kami belum menerima pendanaan. Seharusnya kami mendapat sekitar 180 juta dollar dari Kuwait dalam sehari dua hari ini sebagai hadiah," katanya.

Sampai saat ini tidak mungkin untuk memverifikasi identitas para perwira pembelot dan cara mereka meninggalkan Libya. Pada Jumat (27/5/2011), sejumlah tentara Libya, termasuk beberapa perwira senior dan warga sipil, tiba di Tunisia melalui laut, seperti dilaporkan kantor berita Tunisia, TAP.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com