Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjelajahi Scandinavia Bersama Asanti

Kompas.com - 30/05/2011, 08:41 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kamis (26/5/2011) sore, toko buku Kinokuniya, Sogo Plasa Senayan penuh sesak. Mereka penasaran dengan peluncuran buku "Scandinavian Explorer" karya Asanti Astari. Mereka yang hadir pun sangat beragam, ada anggota couchsurfing, mantan dubes, mereka yang gemar wisata, tour guide dan teman-teman Asanti. Mereka sungguh penasaran seperti apa buku karya Asanti ini. Apalagi talkshow yang digelar sungguh menarik: "Tips dan Trik Berhemat ke Negara-negara Scandinavia".

Asanti Astari, akrab dipanggil Santi pun secara blak-blakan mengisahkan perjalanannya menuju Scandinavia. Bak seorang guru, Asanti memulai pembicaraan dengan asal mula negara Scandinavia atau Nordic Countries. Negara yang termasuk Scandinavia adalah Denmark, Norwegia, Swedia, Finlandia dan Islandia. "Orang Scandinavia dikenal sebagai bangsa yang ramah. Setiap dimintai tolong, mereka  nggak segan-segan menolong, misalnya menunjukkan jalan," kata Asanti.

Penulis kelahiran Jakarta, 16 Januari 1980 ini bertekad bulat hendak menerobos halangan yang selama ini mustahil untuk ditaklukkan. Apa itu? Ya, siapa tidak tahu kalau Scandinavia yang dekat dengan Kutub Utara ini dicap sebagai salah satu negara termahal di Eropa. Jadi jangan coba-coba, Anda berkantong pas-pasan mencoba berwisata di negara ini. Namun, Asanti mampu menembus rintangan itu. Bagi Asanti, dengan perencanaan matang, jalan-jalan di Scandinavia bisa juga menyenangkan. "Mungkin memang harus atur-atur makan, transportasi, akomodasi, dan banyak-banyak memanfaatkan fasilitas gratis," katanya.

Santi melakukan perjalanan 7-31 Mei 2009. Namun perjalanan Santi kali ini hanya fokus ke Denmark, Norwegia, Swedia. Untuk pintu masuk ke negara-negara Scandinavia, Santi memilih Jerman. "Hindari terbang langsung," katanya. Alasannya, mahal! Santi pun rajin mencari-cari maskapai penerbangan yang akan membawanya ke Scandinavia. Santi memberikan tips, kalau bisa menggunakan maskapai asal Asia atau Timur Tengah, karena lebih murah ketimbang maskapai penerbangan asal Eropa.

Akhirnya, Santi memilih Frankfurt di Jerman sebagai pintu masuk menuju Scandinavia. Transportasi yang digunakan dipaparkan oleh Santi dalam bukunya sebagai berikut: Jakarta-Frakfurt (maskapai Kuwait Airways), Frakfurt-Berlin (KA Deutsche Bahn), Berlin-Copenhagen (maskapai Easy Jet), Copenhagen-Stavanger (maskapai Wideroe), Stavanger-Bergen (bus Kystbussen), Bergen-Oslo (tour Norway in a Nutshell), Oslo-Trysil-Oslo (bus Trysilekspressen), Oslo-Stockholm (maskapai SAS), Stockholm-Frankfurt (maskapai SAS), Frankfurt-Jakarta (maskapai Kuwait Airways).

Dalam buku ini, Santi mengajak pembaca untuk mengenal dan menikmati lebih dekat berbagai keindahan kota-kota tersebut dan adat istiadat, kebiasaan masyarakat setempat. Di Denmark, Santi mengajak pembaca mengunjungi museum Hans Christian Andersen, penulis cerita anak yang namanya sangat populer di dunia. Pintu masuk museum ini ada di lantai 3 Magasin Department Store. Di museum ini, pengunjung bisa menyaksikan memorabilia sang penulis, menonton film biografi. "Sayang museum ini tak memiliki website. Jam bukanya rasa-rasanya mengikuti jam buka Magasin Department Store," tulis Santi dalam bukunya.

Di Norwegia, Santi mengajak pembaca mengunjungi Fjords. Pasalnya, Fjords merupakan tempat yang wajib dikunjungi ketika berada di Norwegia. Istilahnya, jangan ngaku-ngaku sudah ke Norwegia, kalau belum melihat Fjords, yakni sungai lebar yang panjang, berlika-liku mirip Sungai Amazon. Fjords paling baik dilihat ketika musim dingin. Pasalnya, tebing dan bukit-bukit di pinggir sungai akan tertutup lapisan es atau salju sehinga mereka yang melintas di lembah ini akan merasakan pengalaman yang mendebarkan.

Sementara di Swedia, pembaca diajak melongok Museum Viking. Di museum ini ada kapal Viking asli yang ditemukan di perairan Swedia sekitar tahun 1950-an lalu dilestarikan sebagai obyek budaya yang penting. "Saya memang bela-belain ke sini karena mau melihat kapal Viking yang legendaris itu. Ditempatkan di tengah-tengah museum, kapal ini mendominasi ruangan. Tingginya bahkan mencapai 3 hingga 4 lantai. Karena kondisinya sangat ringikih, pengunjung dilarang naik ke atasnya," kata Santi.

Tak sekadar diajak berwisata, pembaca buku ini akan kan diberikan tips dan trik bagaimana menekan biaya selama perjalanan sera perlengkapan yang wajib dibawa. "Ini penting. Mau tidak mau bagaimana caranya memaksimalkan perjalanan dengan uang terbatas. Anda tentu akan terkaget-kaget kalau ke toilet saja dikenakan biaya 2 euro atau Rp 25.000," kata Santi terbahak-bahak.

Santipun bisa merasakan bagaimana rasanya berwisata di Denmark yang dijuluki sebagai "The Happiest Country in The World. "Saya penasaran, apa iya ada penduduk negara yang benar-benar puas dan bahagia terhadap negaranya? Lucu juga kalau bisa lihat kayak apa sih negara paling bahagia di dunia," katanya.

"Bagi saya, Copenhagen (ibu kota Denmark), menawarkan kota yang relatif santai, Irama kotanya seolah berdetak perlahan, membuat siapa pun yang tinggal di sana mau nggak mau ikut mengadaptasi sikap hidup santai. Beda banget dengan Jakarta yang apa-apa serba terburu-buru dan chaotic. Di Copenhagen,  walaupun ibu kota negara dan masuk kategori kota modern, suasananya lebih mirip heningnya kota kecil dan pedesaan. Rileks, santai, tenang. Stres pun sirna," tulis Santi dalam bukunya.

Yang ditunggu-tunggu pembaca tentulah berapa budget pas-pasan yang dimaksud Santi untuk menaklukkan negara sekelas Scandinavia. Santi menyebut angka 50 euro per hari. Itu sudah mencakup biaya hidup standar per hari, mulai dari penginapan sampai jalan-jalan, dengan asumsi tinggal di youth hostel  atau camping. "Sebisa mungkin masak dan mengurangi makan atau jajan di luar. Kemana-mana jalan kaki atau naik bus dan hanya masuk satu atau dua tempat wisata sehari," tutur Santi.

Berpatokan 50 euro per hari, Santi pun mengajak pembaca tinggal mengalikan berapa lama tinggal dan plus minus biaya tak terduga sebesar 20 persen. "Jadi kalau mau pergi 20 hari, anggaplah punya tabungan minimal 50 x 20 = 1.000 euro. Ditambah 20 persen untuk biaya tak terduga, jadi sebaiknya punya 1.200 euro. Lebih banyak lebih baik," kata Santi.

Melalui buku ini, Santi membuka peluang bagi para pelancong Indonesia untuk tidak ragu berwisata ke negeri orang, meskipun jauh dari segi jarak, berbeda makanan, berbeda adat istiadat dan berbeda (ekstrem) cuaca. Kini, terbayarlah sudah hasil kerja keras Santi yang selama 8-10 bulan menyiapkan tulisan hingga akhirnya terbitlah "Scandinavian Explorer".  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com