Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oposisi Sambut Hasil G-8

Kompas.com - 30/05/2011, 05:04 WIB

Benghazi, Minggu - Pemimpin oposisi Libya, Mustafa Abdul Jalil, menyambut seruan kelompok negara maju G-8 agar Pemimpin Libya Moammar Khadafy segera mundur. Namun, Pemerintah Libya mengatakan, inisiatif untuk mengatasi krisis di negeri itu harus berasal dari Uni Afrika.

”Seluruh dunia telah mencapai konsensus, Khadafy dan pengikutnya tidak hanya kehilangan legitimasi, tetapi juga tidak punya kredibilitas,” kata Jalil di Benghazi, Sabtu (28/5) malam.

”Saya menyambut posisi yang diambil G-8, yang menekankan pentingnya Khadafy untuk pergi. Posisi yang diambil G-8 mencerminkan keinginan dunia internasional dan aspirasi penduduk Libya,” kata Jalil.

Sehari sebelumnya, pemimpin negara anggota G-8 dari Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Rusia, dan Amerika Serikat mendesak Khadafy untuk mundur. Bagi Rusia, ini adalah pernyataan eksplisit pertama yang meminta Khadafy melepaskan kekuasaannya.

”Masyarakat dunia tidak melihat dia (Khadafy) sebagai Pemimpin Libya. Kepergiannya akan berguna bagi negara dan penduduk Libya,” ujar Presiden Rusia Dmitry Medvedev.

Seruan G-8 ini ditanggapi dingin Pemerintah Libya di Tripoli. ”G-8 adalah pertemuan tingkat tinggi di bidang ekonomi. Kami tak ambil pusing dengan keputusan mereka,” kata wakil Menteri Luar Negeri Libya Khaled Kaaim. ”Kami adalah negara Afrika, inisiatif apa pun (untuk menyelesaikan krisis) di luar kerangka Uni Afrika akan ditolak,” katanya.

Kaaim mengonfirmasi kedatangan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma ke Tripoli, Senin ini. Kaaim tidak menjelaskan apakah pengunduran diri Khadafy menjadi salah satu topik yang dibicarakan. Namun, pejabat pemerintah Afrika Selatan yang tak mau disebut namanya mengatakan, kedatangan Zuma adalah untuk mendiskusikan ”strategi mundur” bagi Khadafy.

Serangan NATO

Seruan G-8 disampaikan di tengah gencarnya serangan udara koalisi NATO di jantung Tripoli. Sabtu malam, NATO melancarkan serangan lagi ke kompleks kediaman Khadafy di Bab al-Aziziya. Serangan itu menghancurkan dinding di sekeliling barak meski Pemerintah Libya mengatakan barak itu kosong.

Perwira Komunikasi NATO Mayor Jenderal John Lorimer mengatakan, serangan NATO itu menghancurkan menara penjaga. ”Selama beberapa dekade, Kolonel Khadafy bersembunyi di balik dinding ini, menyebarkan teror dan menghancurkan oposisi,” ujar Lorimer dalam pernyataan resmi NATO dari London. Serangan terakhir itu ”mengirim pesan kuat kepada pemimpin rezim dan semua yang terlibat dalam serangan kepada rakyat sipil bahwa mereka tak bisa lagi bersembunyi dari rakyat Libya di balik dinding,” ujar Lorimer.

Mustafa Abdul Jalil, Ketua Dewan Transisi Nasional, menuduh pasukan loyalis Khadafy menyerang kota yang dikuasai oposisi di Pegunungan Nafusa, Libya barat, dengan artileri berat, tank, dan peluncur roket.

”Mereka terus mengurung dan menghancurkan kota Misrata, disertai penangkapan, penyiksaan, dan razia dari rumah ke rumah warga sipil di berbagai kota,” katanya. (AP/AFP/Reuters/was)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com