Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hamas dan Uni Eropa Puji Mesir

Kompas.com - 27/05/2011, 10:44 WIB

KOTA GAZA, KOMPAS.com — Penguasa Gaza Hamas dan Uni Eropa, Kamis (26/5/2011), menyambut baik keputusan Mesir membuka secara permanen perlintasan perbatasan Rafah antara Mesir dan wilayah kantong Palestina itu. Hamas memuji tindakan tersebut sebagai keputusan yang berani dan bertanggung jawab sesuai dengan pendapat umum Palestina dan Mesir, kata juru bicara Fawzi Barhum dalam sebuah pernyataan. "Kami mengharapkan tindakan itu merupakan satu langkah ke arah pencabutan sepenuhnya blokade terhadap Gaza," katanya sehari setelah Mesir mengumumkan akan membuka perlintasan tersebut secara permanen untuk menghentikan blokade yang diterapkan sejak 2006 itu.    

Uni Eropa juga memuji langkah itu dan mengatakan bahwa mereka telah berkonsultasi dengan Mesir, Palestina, dan Israel mengenai pengembalian tim penasihatnya untuk memgawasi kegiatan di perbatasan tersebut.    

Namun, Israel menyampaikan kekhawatiran. Menteri Pertahanan Garis Belakang Israel Matan Vilnai mengatakan kepada radio publik bahwa pembukaan perbatasan itu akan menimbulkan situasi yang sangat problematik.    

Langkah Mesir itu dilakukan menyusul perjanjian persatuan 27 April antara kelompok Hamas dan Fatah yang bersaing, yang ditandatangani di ibu kota Mesir, Kairo. "Musim semi baru Kairo ini telah membuahkan hasil seperti pembukaan Rafah dan upaya untuk mengakhiri blokade," kata Nabil Shaath, pejabat senior Fatah, dalam kunjungan ke Jalur Gaza.    

Tindakan yang akan mulai berlaku pada Sabtu ini memberi Gaza pintu gerbang ke dunia karena Rafah adalah perlintasan satu-satunya yang tidak melewati Israel.    

Perlintasan itu akan dibuka selama delapan jam per hari mulai pukul 09.00 waktu setempat selain Jumat dan hari libur. Seorang pejabat keamanan Mesir memberi tahu AFP bahwa pembukaan perlintasan itu hanya untuk orang, bukan untuk lewatnya barang.    

Langkah itu dipuji LSM Israel, Gisha, yang berkampanye untuk kebebasan gerakan bagi orang Palestina. "Gisha menyambut baik pengumuman bahwa Mesir akan meningkatkan kemampuan warga Gaza untuk melakukan perjalanan ke luar negeri melalui perlintasan Rafah, yang telah menjadi pintu gerbang Gaza ke dunia," kata kelompok itu.    

Uni Eropa mengatakan, mereka mengharapkan akan menempatkan kembali Misi Bantuan Perbatasan Uni Eropa (EUBAM) di perlintasan itu, yang telah bertugas singkat di sana berdasarkan ketentuan perjanjian 2005 antara Israel dan Mesir yang diperantarai oleh AS. "UE siap untuk mengaktifkan kembali misi EUBAM di Rafah saat kondisi politik dan keamanan memungkinkan, dalam upaya menjamin peran pihak ketiga UE di titik perlintasan Rafah," katanya.    

Perjanjian 2005 itu telah menyaksikan Rafah di bawah kendali Mesir dan Palestina, dengan pengamat EUBAM mengambil tempat mereka di perlintasan itu pada November 2005, dalam upaya untuk mencegah lewatnya secara bebas senjata atau personel ke Gaza.    

Namun, tujuh bulan kemudian misi mereka dengan tiba-tiba dihentikan menyusul penangkapan oleh gerilyawan Gaza atas prajurit Israel, Gilad Shalit, yang mendorong Israel menerapkan blokade ketat terhadap wilayah itu.    

Blokade itu diperketat setahun kemudian ketika Hamas merebut kekuasaan Gaza, mengalahkan pasukan yang setia kepada Pemerintah Otonomi Palestina yang didukung Barat.    

Perlintasan Rafah sebagian besar ditutup pada Juni 2006 hingga Juni 2010, ketika Mesir membukanya segera sesudah serangan Israel terhadap armada enam kapal bantuan yang berupaya mencapai Gaza, yang menewaskan sembilan aktivis Turki. Perselisihan diplomatis karena operasi itu telah memaksa Israel untuk melonggarkan embargo terhadap Gaza meskipun embargo itu masih diberlakukan.    

Mesir telah secara aktif membantu blokade Israel, yang sering mendatangkan kecaman keras regional karena Mesir terus menutup perbatasan dan membangun tembok di bawah tanah dalam upaya mengekang penyelundupan, yang mereka anggap sebagai risiko keamanan.    

Namun, awal tahun ini, protes rakyat di Mesir telah menyebabkan tergulingnya Presiden Hosni Mubarak, dengan rezim baru militer ingin meninjau kembali kebijakannya terhadap Gaza.    

Meski rezim Mubarak telah melonggarkan cengkeramannya terhadap perlintasan itu pada Juni 2010, Rafah tetap dikontrol dengan ketat dan hanya orang dengan visa atau paspor asing dapat melintas, di samping mereka yang memmbutuhkan perhatian medis, kata Gisha.    

Jumlah yang diberikan oleh LSM itu menunjukkan bahwa dalam setahun terakhir, rata-rata 19.000 orang sebulan telah menggunakan perlintasan itu—hanya 47 persen dari jumlah orang yang menggunakannya pada separuh pertama 2006.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com