Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NATO Intensifkan Serangan

Kompas.com - 26/05/2011, 04:10 WIB

Tripoli, Rabu - Pakta Pertahanan Atlantik Utara, Rabu (25/5), mengintensifkan serangan ke Tripoli, basis pertahanan Pemimpin Libya Moammar Khadafy. Pada saat yang sama, seorang pejabat NATO menegaskan, rezim Khadafy ”dalam pelarian”. Rusia menegaskan, serangan ke Tripoli telah menjadi awal petaka dari resolusi PBB.

Enam ledakan bom yang amat kuat terdengar pada Selasa malam. Tiga ledakan yang memekakkan telinga melanda kompleks luas Bab al-Aziziya, pusat pertahanan dan tempat tinggal Khadafy, pada pukul 23.00, diikuti tiga ledakan besar lainnya.

Kawasan ini pada Senin malam juga dihujani lebih dari 20 bom. Serangan udara NATO, yang berlangsung lebih dari setengah jam, itu semula dilaporkan menyebabkan tiga orang tewas dan 150 lainnya terluka, seperti disampaikan juru bicara Libya, Mussa Ibrahim. Namun, esok paginya diketahui korban tewas mencapai 19 orang.

Serangan bom NATO, Rabu, menyasar sejumlah tempat yang oleh rezim Libya disebut sebagai permukiman warga sipil. Ledakan bom terus terdengar hingga Rabu siang.

Sementara itu, dua warga Eritrea tewas karena lemparan batu dalam sebuah bentrokan di kamp Choucha, dekat perbatasan Tunisia-Libya. Tujuh orang lagi terluka akibat penembakan oleh warga Eritrea . Sekitar 200 tenda pengungsi hancur. Ribuan orang telah melarikan diri ke kamp itu sejak kekerasan pecah, Februari.

Fasilitas strategis

NATO menolak tuduhan kalau mereka menyerang permukiman penduduk. Target serangan adalah fasilitas penyimpanan kendaraan strategis Libya, yang mendukung pasukan loyalis menyerang warga sipil.

Pejabat NATO di Brussel mengatakan, sekutu berharap Khadafy turun akhir Juni atau awal Juli. ”Rezim Khadafy telah menjadi sangat apatis dalam 15 hari terakhir. Inisiatif militernya sudah berkurang dan hanya mengandalkan strategi defensif, yang merupakan tanda bahwa kami berada di jalan yang benar,” kata pejabat NATO itu.

”Kami berpikir, kami harus mempercepat dan meningkatkan tempo operasi untuk mencapai hasil maksimal,” demikian pernyataan NATO.

Krisis Libya memasuki bulan keempat sejak dimulai pada 15 Februari. Rezim Khadafy tetap bertahan di Libya barat, termasuk Tripoli, dan terus melawan serangan aliansi meski lebih dari 50 persen kekuatannya sudah dilumpuhkan NATO.

Kondisi itu juga mengancam aliansi akibat besarnya biaya operasional. Tidak ada pilihan bagi aliansi kecuali meningkatkan serangan agar Khadafy segera turun, atau diturunkan dari kursi kekuasannya, yang telah didudukinya selama 41,5 tahun itu. Khadafy berkuasa sejak 1 September 1969 setelah kudeta yang menjatuhkan Raja Idris I.

Kata pejabat NATO, aliansi harus ”mempercepat kehancuran sistematis mesin militer Tripoli, dengan tujuan mematikan pasukan Khadafy”.

Langgar resolusi

Rusia mengatakan, pengeboman terkini atas Tripoli pada Rabu adalah ”awal petaka” resolusi PBB atas Libya, yang bisa meningkatkan kekerasan dan membawa lebih banyak penderitaan. ”Kami jelas melihat pelanggaran berat lain atas Resolusi 1970 dan 1973 DK PBB,” kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia.

Operasi NATO di Libya justru memicu sikap ngotot dari rezim Khadafy. Rusia mengatakan, serangan udara tidak menghentikan pertempuran antartentara dan oposisi, dan justru telah menciptakan lebih banyak penderitaan di kalangan warga. Serangan NATO itu ilegal.

Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma berencana mengunjungi Tripoli untuk misi perdamaian.(AFP/AP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com