Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saleh Tolak Mundur

Kompas.com - 24/05/2011, 04:06 WIB

Sana’a, Senin - Situasi di Yaman, Senin (23/5), kacau setelah Presiden Ali Abdullah Saleh menolak menandatangani kesepakatan agar dirinya mundur dalam 30 hari. Massa pro-Saleh pun berang, memakai senapan, pisau, dan pedang mengepung kedutaan AS, negara-negara Eropa, dan Arab.

Petugas keamanan kemudian berhasil membubarkan massa loyalis Saleh setelah pengepungan beberapa jam terhadap para duta besar itu. Saleh tidak mau menandatangani kesepakatan karena, menurut dia, pengunduran itu bisa membawa Yaman jatuh ke dalam perang saudara.

Menurut Saleh, jika ia dipaksa mundur, militan Al Qaeda akan mengisi kekosongan politik dan keamanan negara terancam. Hal itu disampaikan dalam pidato yang disiarkan televisi.

Saleh menyalahkan oposisi atas kegagalan mencapai kesepakatan. Saleh mau tanda tangan jika oposisi secara terbuka hadir di istananya untuk ikut menandatangani kesepakatan bersama-sama.

Saleh sudah dua kali menolak untuk menandatangani kesepakatan agar mundur. Akhir pekan lalu, dia menyerah setelah negara-negara Teluk sebagai penengah menjamin bahwa dalam salah satu butir perjanjian Saleh akan bebas dari penuntutan hukum jika mundur.

Lima partai oposisi sudah menandatangani kesepakatan pada Sabtu (21/5) setelah mediator mengisyaratkan bahwa Saleh bersedia mundur dan akan segera menandatangani nota kesepakatan. Saleh berjanji menandatangani kesepakatan hari Minggu (22/5). Ternyata Saleh yang telah berkuasa selama lebih dari 30 tahun itu menolaknya.

Aksi protes lanjutan

Sikap Saleh yang ragu-ragu dan tiga kali menolak menandatangani kesepakatan diperkirakan akan memperburuk situasi politik di Yaman. Negeri itu diguncang aksi unjuk rasa yang belakangan diwarnai kekerasan aparat hingga jatuh banyak korban jiwa. Senin, oposisi juga telah menyerukan aksi protes lanjutan menentang Saleh.

”Satu-satunya pilihan kami adalah untuk mengintensifkan aksi protes damai dan terus mendesak rezim, lalu menyelesaikannya,” kata Mohammed al-Qahtan, juru bicara koalisi oposisi di parlemen. ”Rezim ini sepertinya berusaha untuk mendorong situasi ke arah kekerasan, tapi tidak akan mendorong negara itu ke dalam perang,” katanya.

Protes massa menuntut pengunduran diri Saleh sejak akhir Januari telah menewaskan lebih dari 175 orang. Dengan jumlah korban tewas yang terus meningkat, Saleh, sekutu lama AS dalam perang melawan Al Qaeda, kehilangan dukungan AS. Akan tetapi, Washington memperingatkan, jika sekutunya itu jatuh, AS akan mengalami ”ancaman nyata”.

Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden yang telah tewas oleh serangan AS di Pakistan, 2 Mei. Hingga kini Yaman masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan. Yaman utara dan selatan bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990. Banyak pihak di selatan mengatakan, utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber daya alam, kemudian mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, terutama AS, sangat khawatir atas ancaman ekstremisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP). Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu gagal. AQAP akan memanfaatkan kekacauan demi memperkuat cengkeraman di negara miskin itu.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al Qaeda, AQAP, mengaku terlibat dalam bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Natal 2009. Saat itu AQAP juga menyatakan akan terus melakukan serangan-serangan susulan terhadap AS. Inilah ”ancaman nyata” itu. (AFP/AP/REUTERS/CAL)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com