Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyerbuan Jadi Opsi

Kompas.com - 23/05/2011, 02:46 WIB

Jakarta, Kompas - Menyerbu Pantai Somalia ternyata menjadi salah satu opsi yang disiapkan Indonesia ketika mengirim pasukan dalam rangka pembebasan awak kapal MV Sinar Kudus yang disandera perompak. Penyerbuan dilakukan kalau muncul indikasi kawanan pembajak mendapatkan bantuan dari teman mereka di pantai.

Demikian diceritakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Minggu (22/5) di Markas Komando Lintas Laut Militer Jakarta, saat menyambut kedatangan hampir 1.000 prajurit TNI yang terlibat dalam operasi pembebasan sandera. Pejabat yang hadir dalam acara itu antara lain Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, dan Kepala Badan Intelijen Negara Sutanto.

Sebanyak 999 anggota TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Merah Putih mengikuti operasi pembebasan sandera. Mereka mendapat dukungan berupa dua fregat Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Yos Sudarso 353, KRI Abdul Halim Perdanakusuma 355, serta satu kapal Landing Platform Dock (LPD) KRI Banjarmasin 592. Pendukung lain adalah pesawat Boeing 737-400, helikopter, dan searider.

Pada 16 Maret 2011, kapal MV Sinar Kudus milik PT Samudera Indonesia dibajak perompak Somalia saat melakukan perjalanan menuju Rotterdam, Belanda, dari Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Perompak menyandera 20 awak dan menahan kapal beserta muatan nikel senilai Rp 1,5 triliun. Awal Mei ini, semua sandera bebas setelah negosiasi panjang dan pembayaran uang tebusan.

Menurut Presiden, dalam rapat pertama mengenai pembebasan sandera, 18 Maret lalu, pemerintah membahas dua opsi yang menjadi kewenangan pemerintah. Opsi pertama adalah operasi militer pembebasan sandera di kapal. Untuk menjalankan opsi ini disiapkan pasukan khusus Angkatan Laut Detasemen Jala Mengkara (Denjaka) serta personel dari Detasemen 81 Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopassus). Mereka diperkuat dengan pasukan Marinir AL.

Opsi kedua berkaitan dengan kondisi jika pelaksanaan opsi pertama berlarut-larut dan terdapat indikasi perompak mendapat bantuan dari kelompoknya di pantai. Laporan intelijen menyebutkan, jumlah kawanan perompak yang terlibat pertempuran bisa mencapai 1.000 orang.

”Jika berlarut-larut dan harus merebut Pantai Somalia, kita siapkan serbuan garis pantai di jarak terdekat dari kapal MV Sinar Kudus. Jika hanya 140 orang, bagaimana kita menghadapi sekitar 1.000 orang? Saya memerintahkan pemberangkatan kapal jenis LPD (KRI Banjarmasin) untuk perebutan garis pantai,” ujar Yudhoyono.

Ia mengaku menahan diri selama dua bulan menghadapi kritikan yang menyebutkan pemerintah lamban dalam menangani perompak Somalia. ”Saya menahan diri karena tak ingin prajurit jadi korban. Operasi harus bersifat mendadak. Kalau diobral, sama saja memberi tahu musuh sehingga menggagalkan operasi,” ujar Yudhoyono.

Menurut dia, ”kenekatan” Indonesia menggelar operasi militer yang besar dengan jarak sangat jauh dari Tanah Air membuat sejumlah negara maju yang memiliki kepentingan militer di Somalia memberi perhatian.

Komandan Satgas Merah Putih Mayor Jenderal TNI (Mar) Alfan Baharudin mengatakan, setelah pembayaran tebusan dan MV Sinar Kudus mulai berlayar lagi, ada kapal cepat yang melintas di depan kapal itu. Selain itu, muncul teriakan dari awak kapal, kapal akan dibajak lagi.

Saat itulah, pasukan Indonesia dengan didukung helikopter meluncur memakai searider mengakhiri usaha pembajakan itu. Pantauan dari helikopter menyebutkan sedikitnya tiga orang di atas kapal cepat milik perompak. Perompak akhirnya berhasil dilumpuhkan dan kapal mereka tenggelam. Kapal perang Indonesia lantas mendampingi MV Sinar Kudus menuju Oman.

Sebanyak 20 awak kapal MV Sinar Kudus yang dibajak hadir pula dalam upacara penyambutan di Jakarta. (ato/why)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com