Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khadafy Hendak Ditangkap

Kompas.com - 18/05/2011, 07:18 WIB

TRIPOLI, KOMPAS.com - Aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara mengebom dua kantor pemerintahan Moammar Khadafy di Tripoli, Selasa (17/5). Serangan itu terjadi setelah Pengadilan Kriminal Internasional memutuskan untuk menerbitkan surat penangkapan Khadafy, yang didakwa telah membantai rakyat sipil.

Tekanan terhadap Khadafy semakin intens. Kepala Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) Luis Moreno-Ocampo pada Senin mengeluarkan surat perintah penangkapan Khadafy; putranya, Seif al-Islam; dan Kepala Intelijen Abdullah Senussi. Mereka didakwa telah melakukan kejahatan kemanusiaan.

”Hari ini jaksa penuntut telah meminta ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan,” kata Moreno pada konferensi pers di Den Haag, Senin. Jaksa penuntut menambahkan, ”Moammar Khadafy secara pribadi telah memerintahkan penyerangan terhadap rakyat sipil Libya.”

Aksi protes massa menentang rezim Khadafy, yang sudah berkuasa selama 41,5 tahun itu, pecah 15 Februari 2011. Menurut Moreno, sejak itu sudah ribuan rakyat sipil tewas akibat kekerasan rezim. Lebih dari 750.000 warga melarikan diri, termasuk migrasi ke luar negeri.

Menteri Luar Negeri Inggris William Hague meminta agar komunitas internasional mendukung ICC. Amnesty International juga mendukung langkah ICC itu. Meski begitu, mereka juga menambahkan bahwa kasus Suriah seharusnya juga diinvestigasi dan dibawa ke pengadilan.

Rezim Libya menolak surat perintah jaksa ICC karena menurut rezim, jaksa merujuk pada informasi yang membingungkan. ”ICC sejak awal krisis selalu merujuk laporan media untuk mengevaluasi situasi Libya. ICC sudah biasa menarik kesimpulan yang tidak logis,” kata juru bicara rezim Libya, Mussa Ibrahim.

”Kami tidak pernah, dalam setiap tahap krisis di Libya, memerintahkan pembunuhan rakyat sipil, atau tentara bayaran disewa untuk melawan rakyat kami,” kata Ibrahim. ”Bahkan, para pemberontak yang mengangkat senjata di tengah-tengah kota kami yang tenteram. Aksi mereka menyebabkan kematian banyak orang dan mengundang pejuang dari beberapa negara lain untuk bergabung dengan mereka.”

Menurut Ibrahim, rezim Libya telah menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menyelidiki fakta-fakta di lapangan, tetapi ”tidak ada yang mendengarkan”. ”Kami terus menyerukan agar segera menghentikan semua kekerasan di negeri ini. Kami sudah meminta dimulainya proses politik yang memungkinkan semua warga Libya memutuskan masa depan negaranya sendiri tanpa agenda asing dan syarat-syarat pihak asing.”

Wakil Menteri Luar Negeri Libya Khalid Kaim mengatakan, ICC adalah ”piaraan Uni Eropa yang ditujukan kepada para pemimpin dan politisi Afrika” dan cara kerjanya patut ”dipertanyakan”. Menurut dia, Libya sejak awal memang tidak mengakui eksistensi lembaga itu.

Bom gedung pemerintah

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com