Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yunani Tersandung Ulah Birahi Strauss-Kahn

Kompas.com - 16/05/2011, 15:23 WIB

KOMPAS.com — Pertemuan di Brussels dalam waktu dekat tentunya pertemuan mahapenting bagi Yunani. Pasalnya, negeri Para Dewa itu sedang jatuh ke titik nadir, nyaris bangkrut lantaran terbelit utang.

Catatan dari AP dan AFP pada Senin (16/5/2011) menunjukkan, Yunani terlilit utang sekitar 327 miliar euro. Kalau dalam rupiah, nilai itu setara dengan Rp 3.900 triliun atau 150 persen dari seluruh pengeluaran negara. Angka segede itu tentu akan membuat pengguna mata uang euro kelabakan. Soalnya, perekonomian di kawasan pengguna euro bakal terganggu.

Beberapa pemimpin Eropa tidak terlalu gembira dengan upaya Yunani untuk memperbaiki ekonomi. Sejauh ini, upaya negeri itu memperbaiki keuangannya baru sebatas menjual properti pemerintah.

Sementara itu, sekitar setahun lalu Yunani sudah mendapat bantuan keuangan dari Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar 110 miliar euro, atau sekitar Rp 1430 triliun. Sejak saat itu Pemerintah Yunani mencoba berbagai cara untuk memperbaiki keuangannya, termasuk dengan memotong anggaran.

Pekan lalu komisioner Uni Eropa urusan ekonomi dan moneter, Olli Rehn, mengatakan, Yunani harus mengambil langkah tambahan untuk mengonsolidasikan keuangan publik. Sebab, lanjut Rehn, target pengurangan defisit yang ditetapkan Pemerintah Yunani meleset.

Sementara itu, anggota Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa Ewald Nowotny mengatakan, Yunani masih memungkinkan untuk menerima pinjaman. "Namun, harus dengan syarat-syarat yang sangat ketat," kata Nowotny.

Akan tetapi, pertemuan di Brussels ini dibayangi kegagalan. Soalnya, Direktur Pelaksana IMF Dominique Strauss-Kahn batal hadir karena menghadapi kasus dugaan pelecehan seksual di New York. Sebagaimana warta sebelumnya, Strauss-Kahn yang warga negara Perancis itu dicokok polisi New York gara-gara dilaporkan memaksa seorang perempuan pelayan hotel melakukan seks oral di dalam kamar Hotel Sofitel, dekat Manhattan Times Square, pada Sabtu (14/5/2011) pukul 01.00 dini hari waktu setempat.

"Kekosongan pimpinan di IMF terjadi pada saat yang kurang tepat bagi Eropa yang berada di tepian krisis utang," kata Eswar Prasad, pakar ekonomi internasional Universitas Cornell, yang juga mantan pejabat IMF.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com