Jakarta, Kompas
Hal itu dikemukakan Direktur Utama PT Biofarma Iskandar dalam acara temu media bertema ”121 Tahun PT (Persero) Biofarma: Mewujudkan Strategi Riset Nasional Dalam Kemandirian Produksi Vaksin”, Kamis (12/5) di Jakarta. Dalam kesempatan itu, diluncurkan akun resmi sosial media Biofarma di jejaring sosial Facebook dengan nama Info Imunisasi dan Twitter dengan nama @infoimunisasi.
Iskandar mengatakan, riset vaksin flu burung dilakukan sejak tahun 2006.
Dalam mengembangkan vaksin itu, Biofarma bekerja sama dengan perguruan tinggi dan Kementerian Kesehatan serta melibatkan transfer teknologi dari Jepang.
Untuk pembangunan kapasitas, Biofarma mendapatkan bantuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hibah dari WHO yang diterima Biofarma sebesar 3,5 juta dollar AS hingga tahun 2011 serta tambahan dana 400.000 dollar AS untuk tambahan teknologi.
”Kita harus mampu menyediakan vaksin secara mandiri,” ujarnya.
Pada saat tidak terjadi pandemi H5N1, kapasitas yang sudah dimiliki Biofarma digunakan untuk memproduksi vaksin influenza. Pemasaran vaksin influenza ditargetkan bagi pasar lokal, terutama jemaah haji. ”Kami berharap pemerintah dapat menyerap produk vaksin influenza,” ujarnya.
Selain vaksin flu burung, Iskandar mengatakan, Biofarma hingga lima tahun ke depan mengembangkan sejumlah vaksin lain, yakni pentavalent untuk mencegah difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, dan
Produksi mandiri pentavalent sangat mendesak untuk Indonesia karena sudah lebih dari 180 negara di dunia menggunakan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.