Misrata, Rabu
Misrata sejak awal krisis Libya adalah satu-satunya basis pertahanan oposan di Libya barat, setelah menguasai Libya timur dengan kota utama Benghazi. Misrata, kota ketiga terbesar setelah Tripoli dan Benghazi, juga kota minyak paling vital di wilayah barat dan umumnya dikuasai rezim Khadafy.
Kemajuan penting oposan atas Misrata ditandai kesuksesan mengambil alih lagi bandar udara yang sebelumnya ada dalam genggaman loyalis Khadafy. Rabu siang, oposan mengontrol penuh kompleks bandar udara, juga bangunan pasar gaya Afrika dan sebuah penjara di Misrata.
Koresponden AFP yang menyaksikan langsung di Misrata mengatakan, massa oposisi meluapkan kegembiraan dengan berpawai di jalan-jalan. Mereka juga melintasi jalan, di mana tampak ada sejumlah tank telah hancur dan tiga mayat yang dibunuh tentara Khadafy tergeletak begitu saja di dekat tank-tank itu.
Pengambilalihan bandara Misrata oleh oposan dinilai sebagai kemajuan signifikan setelah kota terputus dari dunia luar oleh loyalis Khadafy. Kelompok hak asasi manusia memperingatkan adanya bencana kemanusiaan yang luar biasa di kota berpenduduk sekitar 500.000 orang itu. Hal itu ditandai oleh adanya krisis makanan dan obat-obatan.
Oposan telah menyita 40 roket Grad dari rezim Khadafy, yang sebelumnya telah melukai 13 oposan. Terinspirasi gejolak politik di dunia Arab lainnya, oposan telah berjuang dan berperang sejak medio Februari untuk menjatuhkan rezim. Namun, Khadafy yang berkuasa 41,5 tahun sejak 1 September 1969 itu justru tidak pernah mau menyerah dan berkali-kali mengalahkan oposan.
Perdana Menteri Libya Baghdadi Ali Mahmoudi, Selasa, mengecam pengeboman Pakta Pertahanan Atlantik Utara sebagai pelanggaran Piagam PBB. Ia menyampaikan kecaman seusai memberi penjelasan kepada Sekjen PBB Ban Ki-moon dan Perdana Menteri Yunani George Papandreou melalui telepon. Namun, pada Rabu, Ban justru meminta Mahmoudi menghentikan serangan terhadap warga sipil.