Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Operasi Penumpasan Bajak Laut

Kompas.com - 10/05/2011, 04:22 WIB

Seperti Indonesia, Malaysia juga menghadapi gangguan bajak laut Somalia. Hanya saja, Pasukan Komando Angkatan Laut Malaysia menyerbu kapal yang dibajak dan membebaskan sandera kurang dari 24 jam setelah kapal diserang bajak laut Somalia pada 20 Januari 2011.

Ketika itu sebuah tanker MT Bunga Laurel yang disewa perusahaan Malaysia diserbu kawanan bajak laut Somalia di Teluk Aden. Sebanyak 23 awak kapal adalah warga negara Filipina, sesama negara anggota ASEAN. Bunga Laurel merupakan kapal berbendera Panama.

Tanpa ragu-ragu Pemerintah Malaysia memutuskan untuk mencegat dan menyerang (intercept) MT Bunga Laurel. Pasukan Malaysia yang berada di Kapal Diraja Bunga Mas 5 langsung diberangkatkan menyerbu MT Bunga Laurel. Terjadi pertempuran di MT Bunga Laurel yang berada di posisi 555 kilometer (333 mil laut) sebelah timur Kesultanan Oman.

Para pembajak yang bersenjatakan senapan serbu AK-47 dan pistol terlibat baku tembak. Pasukan Komando Malaysia berhasil melumpuhkan pembajak dalam waktu singkat. Sebanyak tiga pembajak mengalami luka tembak dan yang lain menyerah. Tidak ada anggota pasukan komando yang terluka.

Presiden Republik Indonesia tidak ketinggalan memerintahkan TNI berangkat setelah mendengar MV Sinar Kudus dibajak perompak Somalia pada 16 Maret 2011. Presiden memimpin rapat kabinet terbatas pada 18 Maret untuk menentukan langkah penanganan pembajakan MV Sinar Kudus. Dalam kurun 18-22 Maret 2011, dibahas sejumlah opsi: negosiasi, operasi militer, serta negosiasi dan operasi militer.

Opsi negosiasi dan operasi militer pernah sukses digelar Pemerintah Perancis yang menggelar pasukan khusus GIGN dan marinirnya. Nigel Cawthorne dalam buku Pirates of 21st Century menceritakan, setelah tebusan dibayar dan sandera bebas, GIGN menyerbu. Sebanyak tiga helikopter militer mengejar bajak laut yang sudah berada di daratan. Terjadi kontak tembak, bajak laut diringkus dan dibawa ke Perancis untuk diadili.

Lain Perancis, lain lagi Indonesia. Setelah sepekan pembajakan MV Sinar Kudus, yakni tanggal 23 Maret 2011 pukul 18.00, diberangkatkan dua fregat KRI Abdul Halim Perdanakusuma dan KRI Yos Sudarso sebagai Satuan Tugas (Satgas) Duta Samudera I/2011 dari Dermaga Kolinlamil, Jakarta.

Waktu berlalu berminggu-minggu. Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono dalam jumpa pers di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (2/5), mengatakan, tindakan militer lebih mudah dilakukan waktu kapal bergerak (intercept). ”Serbuan militer untuk membebaskan sandera tidak dilakukan karena kapal telanjur lego jangkar di pesisir Eyl (500 mil utara Mogadishu) yang merupakan sarang bajak laut. Awak kapal MV Sinar Kudus ditahan di tempat terpisah dan ada delapan kapal lain yang disandera,” tutur Agus.

Walhasil setelah 45 hari lebih, sandera dan MV Sinar Kudus dibebaskan dengan selamat setelah tebusan dibayar tanggal 1 Mei 2011. Pasukan TNI sempat mengejar dan menewaskan empat bajak laut yang terakhir turun dari MV Sinar Kudus.

Keputusan cepat dan pencegatan kapal yang bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan operasi anti bajak laut. Keberanian mengambil keputusan cepat telah ditunjukkan Malaysia yang berhasil menumpas bajak laut yang menduduki MT Bunga Laurel.

(Iwan Santosa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com