Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lacak Osama, AS Siksa Tersangka Teroris

Kompas.com - 10/05/2011, 00:20 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com - Mantan Wakil presiden Amerika Serikat, Dick Cheney, Minggu (9/5/2011), mendesak aparat negaranya untuk memakai cara keji dalam memeriksa tersangka teroris.

Cara keji itu misalnya waterboarding, yakni mengikat tubuh tahanan di papan dengan mata tertutup, kemudian diguyur air layaknya orang tenggelam.

Hal serupa dikatakan mantan Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld, keduanya sama-sama dari rezim Presiden George W Bush. Rumselfd memuji penggunaan metode yang disebutnya sebagai "cara pemeriksaan disempurnakan" itu, dan menghasilkan "bagian besar" keterangan intelijen AS tentang Al Qaida dan akhirnya bisa meringkus Osama bin Laden. Ia menganggap pelarangan terhadap metode semacam itu sebagai kesalahan.

Setelah masuk Gedung Putih pada 2009, Presiden Barack Obama melarang cara seperti itu, dan menyamakannya dengan penyiksaan. Ia menyebutnya sebagai representasi semua kesalahan dari "perang melawan teror" zaman rezim Bush.

Tapi, dalam kasus pembunuhan Osama, atau lebih tepat cara intelijen membawa badan pusat sandi Amerika Serika CIA melacaknya, membuka kembali silang pendapat di negara adidaya itu tentang penggunaannya.

Cheney, yang berbicara di acara Fox News Sunday, menyatakan, pejabat tinggi intelijen mengatakan bahwa beberapa keterangan awal, yang membantu mereka menemukan Osama, datang berkat cara keras pemeriksaan atas tersangka teroris.

Saat ditanya apakah cara itu sebaiknya dipakai lagi jika Amerika Serikat akan menangkap sasaran baru bernilai tinggi, Cheney menjawab, "Saya pasti akan menganjurkan itu. Saya akan menjadi pendukung kuatnya."

Rumsfeld menyatakan, tiga mantan direktur CIA -George Tenet, Porter Gross, dan pensiunan Jenderal Michael Hayden- menyatakan tersangka yang dikenai "waterboarding" saat diperiksa CIA memberikan "keterangan penting dari semua pengetahuan tentang Al Qaida".

"Saya pikir, jelas bahwa cara CIA berhasil. Membuangnya dan melarangnya saya pikir mungkin kesalahan," katanya kepada acara televisi CBS Face the Nation. Cheney juga menepis anggapan bahwa waterboarding sama dengan penyiksaan.

"Waterboarding dan semua cara lain, yang digunakan, adalah yang kami gunakan dalam melatih orang kami," katanya. "Itu yang kami lakukan bertahun-tahun terhadap tentara kami dan untuk menunjukkan bahwa itu penyiksaan saya pikir salah."

Keterangan intelijen kunci atas jati diri caraka atau penyampai pesan -di antara beberapa orang kepercayaan Osama untuk mengirim pesan darinya untuk komandan di lapangan- pada akhirnya membawa tentara AS ke rumah pemimpin Al Qaida itu di kota garnisun Pakistan, Abbottabad.

Tersangka di tahanan rahasia CIA "daerah hitam", atau penjara rahasia, terkait dengan caraka itu, yang dikenal sebagai Abu Ahmed al-Kuwaiti, dalam naskah sandi rahasia tahanan Guantanamo, yang dilansir laman pembocor WikiLeaks.

Kuwait diketahui sebagai anak didik Khalid Sheikh Mohammed dan pembantu Abu Faraj al-Libbi, pegiat kunci lain Alqaida. Beberapa pejabat Partai Republiken dan pemerintahan Bush menyatakan, pasangan itu mungkin mengungkapkan rincian penting tentang jati diri Kuwaiti setelah mengalami pemeriksaan keras.

Tapi, penasehat keamanan negara Gedung Putih, Tom Donilon, kepada Fox News, mengatakan, "Pemeriksaan disempurnakan tidak sesuai dengan nilai kita, tidak taat asas dan tidak penting dalam kerangka mendapatkan keterangan seperti yang kita perlukan."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com