Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khadafy Hancurkan Misrata

Kompas.com - 09/05/2011, 08:01 WIB

MISRATA, KOMPAS.com — Kota minyak paling vital di Libya, yakni Misrata, hancur dibombardir loyalis Moammar Khadafy dalam dua hari terakhir, Sabtu dan Minggu (8/5/2011). Depot-depot minyak yang dikuasai oposisi dibom dan dibakar. Khadafy membuat Pakta Pertahanan Atlantik Utara dan oposisi frustrasi.

Ratusan bangunan di kota ini dipenuhi lubang bekas tembakan. Puluhan bangunan lainnya telah runtuh dan kota berserakan puing-puing. Sebagian besar penduduk di kota ini telah mengungsi ke negara tetangga di Afrika Utara, termasuk ke Tunisia. Ribuan orang lainnya telah melarikan diri ke Italia. Banyak anak dan wanita menjadi korban.

Setelah dua hari serangan bom aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), loyalis Khadafy melancarkan tembakan artileri berat ke pelabuhan ketika kapal bantuan kemanusiaan mendarat. Kapal bermaksud mengevakuasi ratusan buruh migran Afrika dan warga sipil terluka.

Kubu oposisi menjelaskan, lima orang tewas dan ratusan lain dibiarkan terdampar di dermaga. Dilaporkan, pasukan Khadafy semakin kuat mempertahankan diri dari serangan NATO. Banyak aktivis kemanusiaan, ulama, dan tokoh yang berseberangan dengan rezim ditangkap, dihilangkan, dan bahkan dibunuh.

Misrata, kota ketiga terbesar setelah Tripoli dan Benghazi, yang terletak di 200 kilometer di timur Tripoli adalah satu-satunya kota di Libya barat yang dikuasai oposisi. Dalam dua bulan pertempuran antara loyalis Khadafy dan oposisi, kota ini telah menjadi medan tempur paling berdarah di seluruh Libya.

AFP merilis, kepulan asap tebal menyelimuti Misrata pada Minggu menyusul pengeboman dan pembakaran sejumlah depot di kota itu hari Sabtu. Ratusan warga mengantre panjang di hampir semua stasiun pengisian bahan bakar umum, agen, dan pengecer bahan bakar minyak. Mereka khawatir krisis BBM bisa berlangsung lama.

Pasukan Libya telah menghancurkan empat tangki penyimpanan minyak dan membakar beberapa lainnya di Misrata pada Sabtu. Mereka membuat kemampuan kota pelabuhan yang dikuasai oposisi itu tidak bisa berdaya untuk bertahan dari pengepungan loyalis Khadafy.

Oposisi memberikan berbagai opini atas serangan itu, tetapi mengatakan, aksi militer Khadafy telah mengganggu suplai BBM ekspor dan konsumsi domestik. "Empat depot minyak hancur total dan kebakaran hebat kini melanda empat tangki lainnya. Kami tidak dapat memadamkan api karena kami tidak memiliki peralatan," kata Ahmed Hassan, juru bicara oposisi di Misrata.

"Kota dalam kondisi genting. Itu adalah satu-satunya sumber BBM kami. Depot-depot minyak itu dapat memasok BBM untuk tiga bulan ke depan," kata Hassan melalui telepon kepada Reuters.

Loyalis Khadafy menyembunyikan tank dan senjata artilerinya di kaki bukit, di bawah pohon dan bangunan di sekitar permukiman penduduk sehingga tidak terpantau NATO, yang tengah melakukan operasi larangan terbang di Libya. NATO juga tidak bisa menyerang sekitar permukiman demi melindung korban sipil.

Menurut oposisi, dalam serangan ke Misrata, loyalis Khadafy memakai taktik "menembak dan bergeser". Meski sebagian kekuatan Khadafy telah dihancurkan, serangan-serangan terbaru loyalisnya itu membuat NATO dan oposisi frustrasi. Aliansi berulang kali mengebom, loyalis terus mengepung kota dan pelabuhan minyak paling vital di Libya barat itu.

"Kota menjadi salah satu medan perang paling berdarah dalam konflik dua bulan di Libya. NATO sebenarnya bekerja, tetapi pasukan Khadafy juga terus bekerja," kata Abdelsalam, juru bicara oposisi lainnya.

Tembakan artileri dari pasukan Khadafy juga menyasar ke Tunisia terkait meningkatnya perang mereka terhadap oposisi di perbatasan. Dehiba, kota di Tunisia, sering dihantam peluru dalam beberapa pekan ini. Tunisia mengecam penembakan "sangat berbahaya" itu dan siap melakukan tindakan yang diperlukan guna melindungi kedaulatannya.

Rezim Libya membantah bahwa pihaknya dengan sengaja menembaki daerah Tunisia. "Kami mengatakan (penembakan) ini adalah satu kesalahan dan kami meminta maaf. Kami meminta militer untuk menjamin bahwa kasus ini tak akan terulang lagi," kata Perdana Menteri Libya Al-Baghdadi Ali al-Mahmoudi. (AFP/AP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com