Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak dan Cucu Khadafy Tewas

Kompas.com - 02/05/2011, 04:06 WIB

Kairo, Kompas - Gempuran pesawat tempur Pakta Atlantik Utara (NATO), Sabtu (30/4) malam, atas sasaran sebuah rumah di kota Tripoli dikabarkan telah menewaskan putra bungsu pemimpin Libya Moammar Khadafy, Saif al-Arab Khadafy, dan tiga cucunya.

Media-media televisi Timur Tengah memberitakan, Saif al-Arab (29) adalah mahasiswa yang terdaftar di salah satu universitas di Jerman dan tidak memiliki jabatan resmi serta tidak menyandang pangkat militer.

Juru bicara Pemerintah Libya, Mousa Ibrahim, mengungkapkan, Khadafy dan istrinya berada di rumah tersebut saat digempur, tetapi selamat.

Ia menegaskan, serangan itu sebagai upaya percobaan pembunuhan terhadap Khadafy, yang merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional dan prinsip kemoralan.

Pemerintah Libya segera membawa sejumlah wartawan ke sebuah rumah yang menjadi sasaran gempuran itu dan memperlihatkan empat kubang besar di rumah akibat gempuran itu.

Namun, NATO menegaskan hanya menggempur sasaran pusat komando di kawasan Bab al-Aziziya di Tripoli. NATO belum mengonfirmasi berita media resmi Libya bahwa putra bungsu Khadafy tewas akibat gempuran Sabtu malam lalu.

Benghazi, yang menjadi markas oposisi Libya, segera diwarnai aksi pesta di jalan-jalan setelah mendengar berita putra bungsu Khadafy tewas akibat gempuran NATO.

Kendaraan di jalan-jalan utama kota Benghazi membunyikan klakson disertai tembakan ke udara sambil mengibarkan bendera baru Libya yang berwarna paduan merah, hitam, dan hijau bergambar bulan serta bintang.

Meski demikian, kubu oposisi meragukan berita media resmi Libya itu. Seorang oposan Libya, Mahmud Shamam, kepada televisi Aljazeera mengatakan, tujuan dari media resmi Libya memberitakan tentang tewasnya putra bungsu Khadafy itu untuk mengalihkan perhatian publik dan menutupi tindakan kriminal rezim Khadafy.

Oposan Libya yang lain, Jumat Al Qammaty, mengatakan, berita media resmi Libya itu hanya sandiwara. ”Sandiwara Khadafy itu bukan hal baru. Dahulu ketika pesawat tempur AS menggempur rumah Khadafy di Bab al-Aziziya pada tahun 1986, Khadafy juga mengumumkan salah seorang putrinya tewas akibat gempuran itu. Namun beberapa hari setelah itu, ternyata diketahui putrinya tidak tewas,” kata Al Qammaty kepada Aljazeera.

Menurut Al Qammaty, jika benar putra bungsu Khadafy tewas, jangan lupa pula ratusan anak kecil dan wanita yang tewas di kota Misrata, Zawiya, dan Bayda di tangan pasukan loyalis Khadafy.

Berita tewasnya putra bungsu Khadafy itu hanya beberapa jam setelah Khadafy, melalui televisi Libya, menawarkan gencatan senjata baru kepada NATO dengan syarat NATO menghentikan gempuran udaranya atas Libya.

Namun, tawaran Khadafy segera ditolak NATO dan Dewan Nasional Transisi (TNC) Libya yang berbasis di Benghazi.

Juru bicara TNC, Abdul Khafid Ghoqah, mengatakan, rezim Khadafy telah kehilangan kredibilitasnya dan rakyat Libya tidak mungkin lagi menerima peran Khadafy di Libya pada masa mendatang.

Pertempuran di berbagai kota di Libya terus berlanjut. Pasukan loyalis Khadafy masih terus menggempur kota Misrata dengan mortir dan rudal Grad. Khadafy memberi waktu hingga 3 Mei ini kepada kaum revolusioner bersenjata di Misrata untuk menyerah dengan imbalan mendapat pengampunan. Namun, seorang oposan di Misrata kepada televisi Aljazeera balik mengancam loyalis Khadafy agar segera meninggalkan kota Misrata sebelum dipecundangi.

Di Libya timur, loyalis Khadafy memasuki desa Galu (300 km arah selatan kota Benghazi) setelah terlibat bentrokan senjata kaum oposisi di desa tersebut. Sebelumnya, pada Kamis loyalis Khadafy juga memasuki kota Kufra (300 km arah selatan kota Galu). (mth)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com