Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paus Mendesak Diupayakan Diplomasi di Libya

Kompas.com - 25/04/2011, 02:48 WIB

Vatican City, Minggu - Peperangan yang selama tiga bulan terakhir berkecamuk di Libya dan mengalirnya pengungsi akibat kerusuhan di Afrika Utara menjadi salah satu sorotan perhatian pemimpin umat Katolik Paus Benediktus XVI dalam pesan Paskah-nya, Minggu (24/4).

”Dalam konflik yang kini tengah berlangsung di Libya, hendaknya dilakukan diplomasi dan dialog, dan bukannya senjata. Dan bagi mereka yang menderita sebagai akibat konflik, hendaknya diberi bantuan kemanusia- an,” kata Paus Benediktus XVI saat merayakan misa Paskah di hadapan sekitar 100.000 anggota jemaat dan turis di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, yang juga disaksikan jutaan penonton karena disiarkan langsung melalui televisi ke seluruh penjuru dunia.

Menjadi tradisi pada setiap perayaan Minggu Paskah—yang menurut keyakinan Kristen untuk memperingati kebangkitan Yesus Kristus pada hari ketiga setelah disalib—Paus menyampaikan ”Pesan untuk Kota dan Dunia” (Urbi et Orbi).

Pada kesempatan seperti ini biasanya pemimpin semiliar umat Katolik sedunia ini memang selalu menanggapi peristiwa terhangat yang tengah terjadi di dunia dalam khotbahnya.

Juga menjadi tradisi, pada akhir khotbahnya, Paus mengucapkan ”selamat Paskah” kepada dunia dalam 65 bahasa, dari bahasa Albania ke Swahili, bahkan juga bahasa Indonesia, seperti halnya bahasa Latin dan Esperanto.

”Dan hendaknya sinar kedamaian serta martabat kemanusiaan bisa mengatasi kegelapan akan perpecahan, kebencian, serta kekerasan di Timur Tengah,” kata Paus pada kesempatan keenamnya menyampaikan pesan kepada dunia pada hari Paskah.

Meruyaknya aksi protes di Libya sejak Februari—terinspirasi pergolakan-pergolakan yang menumbangkan sejumlah pemimpin otokratik di Tunisia dan Mesir—memicu perang saat pemimpin Libya Moammar Khadafy menembaki para demonstran. Menyusul kemudian para pemrotes menguasai sejumlah kota di sisi timur Libya.

Garis peperangan lebih kurang tak beranjak dalam pekan-pekan terakhir meskipun serangan udara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sempat membantu kaum oposisi untuk menghambat pasukan pemerintah Khadafy merangsek masuk ke timur. Serangan koalisi internasional itu tak berhasil mendorong kemenangan pihak oposisi terhadap pasukan Pemerintah Libya yang jauh lebih terlatih dan bersenjata lebih lengkap.

Sementara itu, perjuangan demokrasi yang tengah dilakukan di Mesir dan Tunisia pun menghadapi berbagai kendala, sedangkan Yaman dalam waktu dekat akan menghadapi pergantian pemimpin. Mengenai Suriah, pemerintahnya menghadapi aksi protes dengan kekerasan sehingga jatuh korban, yang diperkirakan mendekati 200 jiwa dalam beberapa pekan terakhir.

Pantai Gading dan Jepang

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com