Vatican City, Minggu -
”Dalam konflik yang kini tengah berlangsung di Libya, hendaknya dilakukan diplomasi dan dialog, dan bukannya senjata. Dan bagi mereka yang menderita sebagai akibat konflik, hendaknya diberi bantuan kemanusia-
Menjadi tradisi pada setiap perayaan Minggu Paskah—yang menurut keyakinan Kristen untuk memperingati kebangkitan Yesus Kristus pada hari ketiga setelah disalib—Paus menyampaikan ”Pesan untuk Kota dan Dunia” (Urbi et Orbi).
Pada kesempatan seperti ini biasanya pemimpin semiliar umat Katolik sedunia ini memang selalu menanggapi peristiwa terhangat yang tengah terjadi di dunia dalam khotbahnya.
Juga menjadi tradisi, pada akhir khotbahnya, Paus mengucapkan ”selamat Paskah” kepada dunia dalam 65 bahasa, dari bahasa Albania ke Swahili, bahkan juga bahasa Indonesia, seperti halnya bahasa Latin dan Esperanto.
”Dan hendaknya sinar kedamaian serta martabat kemanusiaan bisa mengatasi kegelapan akan perpecahan, kebencian,
Meruyaknya aksi protes di Libya sejak Februari—terinspirasi pergolakan-pergolakan yang menumbangkan sejumlah pemimpin otokratik di Tunisia dan Mesir—memicu perang saat pemimpin Libya Moammar Khadafy menembaki para demonstran. Menyusul kemudian para pemrotes menguasai sejumlah kota di sisi timur Libya.
Garis peperangan lebih kurang tak beranjak dalam pekan-pekan terakhir meskipun serangan udara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sempat membantu kaum oposisi untuk menghambat pasukan pemerintah Khadafy merangsek masuk ke timur. Serangan koalisi internasional itu tak berhasil mendorong kemenangan pihak oposisi terhadap pasukan Pemerintah Libya yang jauh lebih terlatih dan bersenjata lebih lengkap.
Sementara itu, perjuangan