Adapun susu bubuk dibuat dengan pemanasan 2 jam pada suhu 180 derajat Celsius. Akibatnya, banyak zat gizi alaminya rusak. Kerusakan itu diantisipasi industri dengan penambahan vitamin dan mineral sintetis.
”Zat tambahan itu belum tentu diserap tubuh secara sempurna. Belum ada pengujian seberapa besar zat tambahan itu mampu dicerna dan diserap,” katanya.
Susu bubuk yang terlalu lama terpapar di udara menjadi kecoklatan. Sebab, protein dan karbohidrat dalam susu saling bereaksi. Itu menurunkan kemampuan susu diserap tubuh.
Sifat berbagai jenis susu pada dasarnya sama. Pengelompokan susu sesuai umur dan kondisi tubuh membuat ada beberapa kelas. Susu segar dapat diminum semua kelompok umur mulai usia 1 tahun hingga usia lanjut.
Astawan menyarankan, untuk mengonsumsi susu segar 2-3 gelas per hari agar tak cepat kenyang. Tujuannya, asupan karbohidrat, lemak, serta protein hewani dan nabati tetap terpenuhi. Adapun susu untuk anak lebih baik tanpa tambahan perisa atau gula. Itu membantu mengurangi konsumsi gula pada anak yang memicu kegemukan dan diabetes.