Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3.299 Korban Merapi Direlokasi

Kompas.com - 19/04/2011, 05:43 WIB

Jakarta, Kompas - Sebanyak 3.299 keluarga di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah yang tinggal di daerah rawan erupsi Merapi harus direlokasi. Langkah itu mengantisipasi potensi bencana serupa pada masa mendatang.

”Hingga 100 tahun ke depan daerah itu diperkirakan berisiko tinggi terkena awan panas dan material aliran piroklastik panas muntahan Merapi,” kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Senin (18/4) di Jakarta.

Potensi itu dilihat dari posisi kubah lava yang membuka ke selatan. Awan panas bakal dominan meluncur ke Kali Gendol dan Kali Opak.

Areal seluas 1.310 hektar ditetapkan dalam peta kawasan rawan bahaya dan peta terdampak langsung erupsi Badan Geologi. Rinciannya, seluas 1.300 hektar di Sleman, DIY, dan 10 hektar di Klaten, Jawa Tengah. Areal itu akan digunakan sebagai taman nasional, hutan lindung, dan rehabilitasi hutan.

Areal itu ditinggali korban bencana Merapi dari DIY (korban erupsi 2.636 keluarga dan lahar dingin 46 keluarga) serta Jawa Tengah (korban erupsi 174 keluarga dan lahar dingin 443 keluarga). Data korban lahar dingin bersifat sementara karena bencana masih terjadi.

Adapun pembebasan lahan masyarakat disepakati Rp 37.500 per meter persegi. Total disediakan dana Rp 296,25 miliar dengan penghitungan hanya 60 persen di antaranya berupa permukiman.

Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB Bambang Sulistiyanto mengatakan, warga yang memiliki rumah di areal itu juga memperoleh dana stimulus Rp 30 juta per rumah utama.

”Misalnya seseorang memiliki dua rumah atau lebih di daerah itu, yang dihitung hanya satu,” ujarnya.

Warga diberi opsi memilih tempat tinggal di lahan yang disediakan pemerintah atau pindah secara mandiri. Pemerintah menyediakan lahan kas desa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com