Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin Sejati dan Pencarian Harmoni

Kompas.com - 17/04/2011, 04:00 WIB

Dan demokrasi, menurut saya, adalah salah satu wujud hak asasi manusia. Mereka (rakyat) perlu memiliki rasa tanggung jawab, dan punya hak untuk bertanya kepada pemimpin mereka.

Dalam pengalaman saya, yang merangkap sebagai pemimpin spiritual, kadang-kadang orang, meski punya perbedaan pendapat, tidak leluasa mengungkapkan pendapat mereka karena rasa hormat dan rasa bakti mereka terhadap saya. Jadi, akan lebih baik orang yang terpilih dalam pemilu yang memimpin mereka.”

Meski kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat, suatu negeri tetap butuh pemimpin yang sejati. Seperti apa (syarat) pemimpin ideal yang dibutuhkan dunia saat ini?

”Menurut saya... (terdiam beberapa saat)... jujur. Jujur dan tulus akan membawa kepercayaan rakyat. Dan dengan kejujuran dan ketulusan, kita akan punya transparansi. 

Dan (seorang pemimpin) juga perlu punya motivasi tulus untuk benar-benar peduli terhadap kebaikan orang lain. Tidak egois dan mementingkan kepentingannya sendiri. (Dia harus) punya dedikasi total untuk kesejahteraan rakyat. 

Kemudian, (pemimpin sejati) harus punya visi. Waktu selalu bergerak, jadi kita harus berpikir untuk jangka panjang dan punya visi masa depan. Tidak cukup hanya berpuas diri dengan apa yang sudah didapatkan kemarin dan mengulangi hal yang sama. (Dia) harus berpikir untuk masa depan.

Jadi seorang pemimpin, dalam pikirannya, harus mendahului waktu.”

Di luar keberhasilannya membawa proses demokratisasi di kalangan rakyat Tibet, Dalai Lama mengakui sebagian besar perjuangannya mencari solusi terbaik untuk mengurangi penderitaan rakyat Tibet, yang masih berada di Tibet, gagal.

Bahkan, solusi Kebijakan Jalan Tengah yang ia tawarkan, yakni Tibet hanya meminta status otonomi khusus dan tak akan mengejar kemerdekaan dari China, sampai saat ini masih dianggap sepi oleh Pemerintah China.

Akan tetapi, di tengah kondisi tersebut, visi dan kebesaran jiwa Dalai Lama melihat datangnya masalah lain yang lebih genting. Salah satu bocoran kawat diplomatik AS di Wikileaks mengungkapkan, Dalai Lama meminta AS menunda pembicaraan dengan Beijing tentang masa depan politik Tibet dan, alih-alih mendesak AS mengutamakan isu perubahan iklim.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com