Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhir Keberuntungan Umar Patek

Kompas.com - 16/04/2011, 03:39 WIB

Hujan es disertai angin ribut mengguyur kawasan Abbottabad, kota perbukitan di barat laut Pakistan, ketika anak laki-laki Abdul Hameed mengajukan permintaan yang tidak biasa. Anak itu mengaku baru berpapasan dengan sepasang suami istri yang basah kuyup dan menggigil kedinginan, telantar di pinggir jalan. Dia meminta Hameed menampung pasangan itu.

Walau merasa janggal, Hameed mengizinkan anaknya membawa pasangan itu ke kamar di lantai dua rumahnya. Kamar itu biasa ditempati putra sulungnya yang tak lagi tinggal di rumahnya. Istri Hameed pun ikut mendukung keinginan anaknya. Hameed yang pensiunan akuntan pun tidak punya pilihan selain menampung pasangan suami istri misterius itu.

Pasangan itu memang misterius. Tak sekali pun keduanya memunculkan diri, dan hanya mengurung diri di dalam kamar. Bahkan, makanan yang tiga kali sehari diantarkan anak perempuan Hameed ke depan kamar nyaris tak pernah disentuh.

Identitas mereka baru terungkap sembilan hari kemudian setelah aparat intelijen Pakistan bersenjata berat menyerbu rumah Hameed. ”Tutup mulut dan angkat tangan,” kata salah seorang aparat kepada Hameed dan anggota keluarganya.

Mereka memeriksa setiap kamar dan menyerbu ke lantai dua. Terdengar dua kali tembakan senjata, dan beberapa menit kemudian, aparat menggelandang keluar seorang pria yang terluka.

Saat itu, berakhirlah kemujuran yang mengikuti ke mana pun Umar Patek pergi 10 tahun terakhir. Patek dikenal sebagai militan asal Indonesia yang punya hubungan kuat dan menjadi bagian dari organisasi teroris Al Qaeda. Kepalanya dihargai 1 juta dollar AS akibat kiprahnya dalam bom Bali I tahun 2002 yang menewaskan 202 orang.

Penangkapan Patek pada tanggal 25 Januari itu sangat dirahasiakan pejabat Pakistan. Bahkan, sampai sekarang tidak diketahui benar di mana dan bagaimana Patek kemudian ditahan.

Rincian penangkapan ini menunjukkan bagaimana Pakistan selalu menarik minat militan Islam dari seluruh dunia. Kisah ini sekaligus menggambarkan koneksi internasional yang sangat luas antarpara militan itu. Patek sebelumnya diketahui tengah merencanakan perjalanan bersama dua rekan militan asal Perancis menuju perbatasan Pakistan-Afganistan di Waziristan Utara.

Rencana itu terbongkar oleh operasi intelijen Pakistan. Kawasan perbatasan itu sejak lama dikenal sebagai basis komando puncak jaringan Al Qaeda. Kebanyakan rencana serangan di negara-negara barat 10 tahun terakhir dirancang di daerah itu.

Kedua militan asal Perancis itu telah ditangkap secara terpisah. Informasi tersebut dikonfirmasi oleh pejabat kontra-terorisme Perancis. Namun, pejabat itu menolak merinci lebih jauh, hanya menyatakan terkejut mengetahui keduanya memiliki hubungan dengan Patek.

Patek yang menjalani pelatihan Al Qaeda di Pakistan sebelum peristiwa 11 September 2011 di Amerika Serikat diketahui terhubung dengan jaringan kerja teror transnasional yang menjadikannya militan paling dicari di dunia.

Sejumlah pejabat intelijen di Asia Tenggara mengatakan, sebelumnya Patek bersembunyi di Filipina selatan, sekaligus untuk melatih dan memerangi kekuatan militer sekutu dalam menghadapi jaringan terorisme.

Aparat keamanan Indonesia dan Filipina mengabarkan, Patek meninggalkan Filipina selatan akhir Mei 2010 sebelum bepergian ke sejumlah negara di kawasan Timur Tengah.

Seorang pejabat resmi bahkan menyatakan, Patek diyakini sempat menghadiri pertemuan antarmilitan se-Asia Tenggara dan Timur Tengah yang digelar di kota suci Mekkah.

Saat ini Patek yang berusia sekitar 40 tahun dipercaya tengah menjalani perawatan di Rumah Sakit Militer Pakistan atas luka tembak di kedua kakinya. (AP/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com