Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sangat Memalukan jika RI Mengimpor Ikan

Kompas.com - 16/04/2011, 03:24 WIB

Kupang, Kompas - Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki potensi perikanan hingga 65 juta ton atau terbesar di dunia. Karena itu, adalah sebuah kejanggalan sekaligus memalukan jika negeri ini harus mengimpor ikan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negerinya.

Demikian inti pendapat Ricky Gimin dan Felix Rebhung, akademisi dari Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Kupang, Jumat (15/4) di Kupang. Ricky adalah Guru Besar Budidaya Perairan, sementara Felix adalah ahli biokimia minyak dan lemak pangan (terutama dari perikanan). Keduanya dimintai komentarnya terkait pengajuan izin impor ikan mencapai 3 juta ton per tahun (Kompas, 15/4).

”Indonesia adalah negara kepulauan terbesar. Wilayah lautnya, selain mencapai 5,6 juta kilometer persegi, juga dikenal kaya potensi perikanan serta sumber daya laut lainnya. Tentu saja ironis jika negeri ini masih mengimpor ikan,” kata Ricky.

”Jika ikan dan juga barang kebutuhan pangan lainnya yang sebenarnya menjadi potensi utama Indonesia, tetapi malah diimpor, itu bukti bahwa telah terjadi kesalahan mengurus negara ini,” kata Felix. Apalagi, kalau ikan yang diimpor adalah hasil tangkapan kapal asing di sini.

Ricky dan Felix berkeyakinan, produksi ikan Indonesia, terutama dari tangkapan nelayan, sebenarnya berlimpah. Namun, hasil tangkapan itu tidak bisa dipasarkan dengan harga memuaskan, bahkan sebagian terpaksa dibiarkan membusuk dan dibuang begitu saja akibat kesulitan distribusi. (ANS)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com