Kantor berita Jiji Press, Kamis (14/4), melaporkan, pria berusia 102 tahun itu bunuh diri setelah membicarakan rencana evakuasi dengan keluarganya. Pejabat setempat menduga warga tertua di Iitate itu depresi karena dipaksa meninggalkan rumahnya.
Desa Iitate menjadi salah satu wilayah yang masuk dalam perluasan zona evakuasi. Senin lalu, otoritas Jepang memperluas zona evakuasi di luar radius 20 kilometer dari PLTN rusak itu karena tingkat radiasi tinggi.
Yoshihisa Kato (66), warga kota Kawamata yang berjarak 45 kilometer sebelah barat laut PLTN Fukushima Daiichi, mengaku sudah lelah lahir batin akibat krisis berkepanjangan ini. ”Hampir setiap hari saya pergi melayat karena banyak tetangga saya yang sudah lanjut usia meninggal dunia akibat shock dan kelelahan,” ujar Kato.
Pemerintah Jepang mendesak warga Kawamata mengungsi karena bahaya radiasi. Kato mengaku usaha warung mi miliknya hampir bangkrut karena pelanggannya jauh berkurang setelah warga berduyun-duyun pergi dari wilayah itu.
Jejak kontaminasi radiasi ini pun terus meluas. Para pejabat pabean Rusia di Pelabuhan Vladivostok melaporkan telah menahan 49 mobil bekas yang dikirim dari Jepang karena memancarkan radiasi hingga enam kali lipat batas normal. Di beberapa mobil bahkan ditemukan jejak isotop radioaktif cesium-137 dan uranium-238.
Mobil-mobil terkontaminasi itu mulai masuk Vladivostok sejak 10 hari lalu. Kota di bagian timur jauh Rusia itu menerima sedikitnya 300 mobil bekas per hari dari Jepang. ”Jika pemerintah tak segera memutuskan apa yang harus dilakukan terhadap mobil-mobil radioaktif tersebut, sebentar lagi tak ada tempat buat menyimpan,” kata Direktur Pelabuhan Vladivostok Sergei Lopunov.
Di Tokyo, desakan agar Perdana Menteri Naoto Kan mundur menguat setelah ia dianggap tidak becus menangani dampak bencana dan krisis. ”Waktunya sudah tiba (bagi perdana menteri) untuk memutuskan apakah ia akan bertahan atau pergi,” ujar Sadakazu Tanigaki, Ketua Partai Liberal Demokrat (LDP), partai oposisi terbesar.
Kantor berita Kyodo News menyebut, Ketua Majelis Tinggi Parlemen Jepang Takeo Nishioka, yang separtai dengan Naoto Kan, juga mendesak PM mundur.(Reuters/AFP/AP/DHF)