Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Jepang Setara Chernobyl

Kompas.com - 13/04/2011, 03:50 WIB

Tokyo, Selasa - Pemerintah Jepang menaikkan derajat kecelakaan di PLTN Fukushima Daiichi ke tingkat maksimum pada Skala Kejadian Nuklir Internasional. Ini berarti krisis nuklir Jepang sama gawatnya dengan tragedi Chernobyl, kecelakaan nuklir terburuk di masa damai.

Otoritas nuklir Jepang memutuskan menaikkan skala bahaya insiden nuklir dari 5 menjadi 7, setelah mempelajari hasil pemantauan kebocoran radiasi terbaru di sekitar kompleks PLTN tersebut. PLTN Fukushima Daiichi mengalami kebocoran radiasi setelah guncangan gempa dan terjangan tsunami, 11 Maret lalu, merusak sistem pendingin reaktor dan mematikan generator diesel yang seharusnya menjadi catu daya cadangan bagi sirkulasi air pendingin.

”(Sebelumnya) kami berusaha menahan keputusan ini sampai kami mendapatkan data yang bisa diandalkan. Keputusan akhirnya kami ambil setelah melihat dan memeriksa silang dua data yang diperoleh dengan cara berbeda,” tutur juru bicara Badan Keselamatan Nuklir dan Industri Jepang (NISA) Hidehiko Nishiyama, Selasa (12/4).

Dua otoritas nuklir Jepang, yakni NISA dan Dewan Keamanan Nuklir Jepang (NSC), mengukur radiasi dua material radioaktif, yakni iodin-131 dan cesium-137, dengan metode masing-masing. Hasil pengukuran menunjukkan, jumlah radiasi total dari iodin-131 sejak krisis terjadi sebulan lalu telah mencapai 500.000 terabecquerel, atau 500.000 triliun becquerel.

Jumlah itu melampaui batas minimum syarat ditetapkannya level 7 pada International Nuclear and Radiological Event Scale (INES), yang hanya berkisar pada puluhan ribu terabecquerel. Namun, jumlah itu masih jauh di bawah radiasi yang dilepaskan setelah ledakan reaktor nuklir di Chernobyl tahun 1986, yang mencapai 5,2 juta terabecquerel.

Meski demikian, Hironobu Unesaki, pakar nuklir dari Institut Reaktor Riset Universitas Kyoto, mengatakan, perubahan status itu tidak langsung berarti kesehatan dan keselamatan warga dalam bahaya.

”Berdasarkan data pengukuran (radiasi), semua masih terkendali. Tidak berarti kebocoran radiasi dalam jumlah besar akan terus terjadi,” tuturnya.

Teror gempa susulan

Sementara itu, gempa susulan yang terus-menerus terjadi dalam beberapa hari ini mulai membuat warga Jepang merasa terteror. ”Saya sudah tidak ingat lagi berapa kali gempa susulan terjadi sejak Senin sore. Setiap 3-10 menit terjadi gempa. Ini mulai membuat frustrasi,” tutur Miyako Yoshida, warga Kodaira City di sebelah barat Tokyo.

Lebih dari 400 gempa susulan yang berkekuatan lebih dari 5,0 skala Richter terjadi sejak gempa pertama pada 11 Maret. Selasa sore, gempa berkekuatan 6,3 skala Richter kembali mengguncang Fukushima dan sekitarnya.(AP/AFP/Reuters/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com