Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Jamin Nasib Pengungsi

Kompas.com - 11/04/2011, 03:05 WIB

Ishinomaki, Minggu - Perdana Menteri Jepang Naoto Kan menjamin tidak akan menelantarkan korban yang selamat dari bencana gempa bumi dan tsunami. Kan berjanji akan fokus menangani masalah ini meski masih dipusingkan dengan krisis nuklir yang tak kunjung usai.

Jaminan ini disampaikan Perdana Menteri, Minggu (10/4), dalam kunjungannya ke kota nelayan Ishinomaki di Prefektur Miyagi, salah satu wilayah yang paling parah terdampak bencana yang terjadi 11 Maret lalu. Ini adalah kunjungan kedua Kan ke wilayah yang terkena bencana setelah kota Rikuzentakata, sepekan sebelumnya.

Kan mengatakan, pemerintah akan bekerja secepat mungkin untuk menyediakan rumah bagi lebih dari 150.000 orang yang terpaksa tinggal di tempat-tempat pengungsian sejak bencana terjadi. ”Pemerintah akan bekerja sekuat tenaga untuk bekerja bersama Anda. Kami tak akan pernah menelantarkan Anda,” kata Kan lewat stasiun radio setempat.

Ishinomaki adalah kota industri perikanan utama di Jepang timur laut, yang berpenduduk 163.000 jiwa. Wali Kota Ishinomaki Hiroshi Kameyama mendesak pemerintah untuk secepatnya membangun hunian sementara bagi 17.000 warga kota itu yang tinggal di tempat pengungsian. Lebih dari 2.600 penduduk Ishinomaki tewas dan 2.800 lainnya belum ditemukan. Nyaris semua perahu nelayan juga hancur dan mengguncang industri perikanan yang menopang 40 persen perekonomian kota tersebut.

Pencarian

Saat Kan mengunjungi Ishinomaki, pasukan bela diri Jepang dibantu pasukan penyelamat dari Amerika Serikat menyusuri pesisir dalam pencarian menyeluruh korban di darat, laut, dan dari udara. Siaran televisi memperlihatkan mereka menggunakan peralatan berat untuk mengangkat perahu yang terhempas ke darat dan menimpa mobil sehingga dapat mencari korban di bawahnya.

”Sebulan setelah tsunami, banyak korban belum ditemukan. Kami berusaha semaksimal mungkin menemukan jenazah korban untuk keluarga mereka,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan, Norikazu Muratani.

Baru 13.013 orang yang dipastikan tewas hingga Minggu malam, sedangkan 14.608 orang lainnya hilang. Korban yang hilang dikhawatirkan terbawa ke laut dan akan sulit ditemukan.

Pencarian serupa selama tiga hari, pekan lalu, yang dilakukan oleh lebih banyak petugas hanya menemukan 70 jenazah. Hal itu menegaskan sulitnya mencari korban di laut dan di balik reruntuhan sepanjang pantai.

Di pesisir Fukushima, seorang pria paruh baya mengawasi pasukan penyelamat yang menyelam dengan perangkat khusus. Dia berharap mereka menemukan adiknya, seorang nelayan yang hanyut terbawa gelombang tsunami ke laut.

”Dia pasti terperangkap di kapalnya. Saya hanya bisa berdoa, pasukan penyelamat menemukan tubuhnya,” ujar pria itu kepada stasiun televisi NHK.

Pencarian menyeluruh itu digelar hingga hari ini, dan belum mencakup zona evakuasi dalam radius 20 kilometer dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi yang bermasalah. Di wilayah itu, petugas polisi berjuang keras mencari korban dengan perlengkapan pelindung khusus untuk mengantisipasi bahaya radiasi.

Redakan ketegangan

Jepang berharap dapat menghentikan pembuangan air radioaktif dari PLTN Fukushima ke laut mulai Minggu. Penghentian itu akan meredakan ketegangan dengan dua negara tetangga, China dan Korea Selatan, yang khawatir dengan dampak meluasnya radiasi ke wilayah mereka.

Namun, kerumitan untuk memulihkan sistem pendingin reaktor nuklir, yang rusak parah terhantam tsunami, tidak membuat masalah ini selesai. Tokyo Electric Power Co (Tepco), pengelola PLTN Fukushima Daiichi, masih mungkin membuang air radioaktif dari kolam penampungan ke laut untuk memberi tempat pada air yang disiramkan untuk mendinginkan reaktor.

”Kami belum bisa memprediksi tahap selanjutnya. Kami berusaha secepat mungkin menstabilkan sistem pendingin dan memastikan langkah pengendalian radiasi,” kata Hidehiko Nishiyama, Deputi Direktur Jenderal Badan Keselamatan Industri dan Nuklir Jepang.

China dan Korsel sebelumnya mengkritik langkah Jepang menangani krisis nuklir. Pemerintah Seoul menyebut Jepang tidak kompeten, mencerminkan kekhawatiran dunia akan kecelakaan nuklir yang terjadi selama sebulan dan penyebaran radiasi.

Di Tokyo, sekitar 5.000 orang berdemonstrasi menentang penggunaan energi nuklir di negara itu. (ap/afp/reuters/was)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com