Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abdullah Saleh Harus Hengkang

Kompas.com - 07/04/2011, 04:08 WIB

Kairo, Kompas - Pemerintah dan kubu oposisi di Yaman menyambut positif tawaran Dewan Kerja Sama Teluk untuk menggelar dialog di Riyadh, Arab Saudi, dalam upaya mencari solusi damai di Yaman.

Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) beranggotakan enam negara, yaitu Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Oman.

Sumber oposisi, seperti dikutip harian Asharq Al Awsat, Rabu (6/4), menegaskan, agenda dialog apa pun hanya satu, yaitu membahas mundurnya Presiden Ali Abdullah Saleh.

Di kota Taiz, puluhan ribu warga Yaman kembali menggelar aksi unjuk rasa. Mereka keluar dari lapangan tempat mereka berunjuk rasa, menuju gedung gubernur di tengah kota sambil berteriak-teriak meminta Presiden Abdullah Saleh mundur.

Taiz merupakan kota yang menelan korban terbesar dalam revolusi Yaman itu. Bentrok antara aparat keamanan dan pengunjuk rasa hari Senin lalu membawa korban 17 orang tewas. Bentrok kembali terjadi hari Selasa lalu yang membawa korban lebih dari 100 orang luka-luka.

Sementara itu, pemuda revolusioner Yaman yang menggelar unjuk rasa di 15 provinsi menolak solusi apa pun jika tidak memenuhi tuntutan rakyat, yaitu hengkangnya rezim Abdullah Saleh tanpa syarat.

Pernyataan pemuda revolusioner Yaman yang dibacakan di Lapangan Taghyeer di dekat Universitas Sana’a menegaskan, telah gugur para syuhada dengan mengorbankan darah dan jiwanya dalam memperjuangkan revolusi ini. Apa pun solusi yang tidak menumbangkan rezim itu merupakan pengkhianatan terhadap darah dan jiwa para syuhada.

Ditegaskan pula, siapa pun tak bisa mendikte revolusi yang merupakan aspirasi rakyat Yaman yang penuh dengan kesabaran, pengorbanan, dan ketahanan.

Pemain inti

Ketua Partai Hak yang beroposisi, Hassan Zayed, menegaskan, pemain inti di Yaman saat ini bukan partai-partai oposisi, melainkan para pemuda revolusioner yang berunjuk rasa di berbagai provinsi. ”Mereka adalah pihak yang bisa menerima atau menolak tawaran GCC itu,” kata Zayed.

Namun, lanjutnya, para pemuda revolusioner itu akan menerima tawaran GCC jika mengandung peralihan kekuasaan secara cepat di Yaman.

Juru bicara komite persiapan dialog nasional, Mohamed Sobri, mengatakan, tawaran dialog oleh GCC itu tidak substansial dan sekadar menunjukkan niat baik dari GCC.

Menurut dia, sekarang bukan lagi masanya menunjukkan niat baik di Yaman karena waktu yang tersisa hanya dimanfaatkan rezim Abdullah Saleh untuk membunuh dan menyiksa rakyatnya.

”Aksi pembunuhan yang terjadi di Sana’a, Taiz, dan Hodayda membuat upaya mediasi atau dialog tidak bermanfaat lagi,” ujar Sobri.

Mantan PM Yaman Haidar Abu Bakar Alatas dalam wawancara dengan stasiun televisi Al Arabiya mengatakan, Presiden Abdullah Saleh harus mundur.

Ia menegaskan, jika Presiden Abdullah Saleh ingin mundur secara terhormat, lakukan sekarang daripada memilih jalan gelap seperti dilakukan Moammar Khadafy saat ini di Libya.

Aktivis Yaman, Farida Hassan, kepada harian Asharq Al Awsat mengatakan, rezim Abdullah Saleh sudah di ambang keambrukan setelah AS mendorong terjadinya peralihan kekuasaan di Yaman.

”Rezim-rezim Arab lebih takut kepada AS daripada rakyatnya. Buktinya, Presiden Abdullah Saleh langsung minta maaf kepada AS ketika menuduh revolusi Arab diatur dari AS dan Israel. Namun, Abdullah Saleh tidak pernah minta maaf kepada rakyatnya,” ujar Farida Hassan.

Adapun Pemerintah Yaman menyambut positif tawaran GCC, khususnya Arab Saudi, untuk menggelar dialog dalam upaya mencari solusi damai di Yaman. ”Pemerintah Yaman selalu berusaha memilih jalan dialog untuk menyelesaikan masalah dan sama sekali menjauhi aksi kekerasan, anarkisme dan perusakan,” ujar seorang pejabat Yaman.

(mth)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com