Kairo, Kompas -
Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) beranggotakan enam negara, yaitu Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Oman.
Sumber oposisi, seperti dikutip harian Asharq Al Awsat, Rabu (6/4), menegaskan, agenda dialog apa pun hanya satu, yaitu membahas mundurnya Presiden Ali Abdullah Saleh.
Di kota Taiz, puluhan ribu warga Yaman kembali menggelar aksi unjuk rasa. Mereka keluar dari lapangan tempat mereka berunjuk rasa, menuju gedung gubernur di tengah kota sambil berteriak-teriak meminta Presiden Abdullah Saleh mundur.
Taiz merupakan kota yang menelan korban terbesar dalam revolusi Yaman itu. Bentrok antara aparat keamanan dan pengunjuk rasa hari Senin lalu membawa korban 17 orang tewas. Bentrok kembali terjadi hari Selasa lalu yang membawa korban lebih dari 100 orang luka-luka.
Sementara itu, pemuda revolusioner Yaman yang menggelar unjuk rasa di 15 provinsi menolak solusi apa pun jika tidak memenuhi tuntutan rakyat, yaitu hengkangnya rezim Abdullah Saleh tanpa syarat.
Pernyataan pemuda revolusioner Yaman yang dibacakan di Lapangan Taghyeer di dekat Universitas Sana’a menegaskan, telah gugur para syuhada dengan mengorbankan darah dan jiwanya dalam memperjuangkan revolusi ini. Apa pun solusi yang tidak menumbangkan rezim itu merupakan pengkhianatan terhadap darah dan jiwa para syuhada.
Ditegaskan pula, siapa pun tak bisa mendikte revolusi yang merupakan aspirasi rakyat Yaman yang penuh dengan kesabaran, pengorbanan, dan ketahanan.
Ketua Partai Hak yang beroposisi, Hassan Zayed, menegaskan, pemain inti di Yaman saat ini bukan partai-partai oposisi, melainkan para pemuda revolusioner yang berunjuk rasa di berbagai provinsi. ”Mereka adalah pihak yang bisa menerima atau menolak tawaran GCC itu,” kata Zayed.