KABUL, KOMPAS.com — Jumlah korban kerusuhan Kandahar, Afganistan, akibat rencana pembakaran Al Quran oleh seorang pendeta asal Amerika Serikat, John Terry, bertambah menjadi 38 orang, serta 84 orang terluka, kata Kementerian Dalam Negeri Afganistan.
Kekerasan di Afganistan dimulai pada Jumat (1/4/2011) di kota Mazar-i-Sharif, utara Afganistan, tempat tujuh sukarelawan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan empat pengunjuk rasa meninggal ketika massa menyerbu kantor perwakilan PBB di sana. Konflik itu bergeser ke kota Kandahar di selatan pada Sabtu, yang berlanjut hingga Minggu dan menyebar ke Jalalabad di timur, tempat sedikitnya 20 orang juga tewas.
Presiden AS Barack Obama pada Sabtu menyebut pembunuhan di Afghanistan sebagai tindakan memalukan. "Penodaan terhadap semua teks suci, termasuk Al Quran, adalah tindakan fanatik dan intoleransi yang ekstrem. Namun, menyerang dan membunuh orang tidak berdosa guna membalasnya adalah memalukan dan penghinaan terhadap martabat dan harkat manusia," kata Obama dalam pernyataan yang dirilis Gedung Putih.
Rusia pada Jumat mengutuk serangan yang "tidak dapat diterima" terhadap misi PBB di Mazar-i-Sharif dan meminta agar tindakan segera diambil guna menghentikan kekerasan terhadap staf PBB.