Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NATO Salah Sasaran, Belasan Orang Tewas

Kompas.com - 03/04/2011, 02:44 WIB

Brega, Sabtu - Serangan udara aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara di Brega, Libya, Jumat (1/4) malam, untuk pertama kalinya salah sasaran. Bukannya mengarah kepada pasukan loyalis Moammar Khadafy, justru kubu oposisi yang terkena hingga belasan orang tewas.

”Beberapa pasukan Khadafy menyelinap di antara oposisi dan menembakkan senjata antipesawat ke udara,” kata pejuang oposisi, Mustafa Ali Omar, Sabtu di Brega, kota pelabuhan ekspor minyak di Libya timur. ”Setelah itu NATO mengebom mereka.”

Kantor berita AFP melaporkan, 13 orang tewas dalam insiden itu, termasuk empat warga sipil. Wartawan Reuters yang mendapat laporan dari pejuang di tempat kejadian menyebutkan, 14 orang tewas. Sejumlah pejuang lainnya terluka.

Pejuang oposisi melaporkan, terjadi pertempuran sengit antara pejuang oposisi dan loyalis Khadafy, Jumat malam. Loyalis sedang mempertahankan posisinya dari serangan oposisi yang berusaha merebut kembali kota Brega. Tiba-tiba bom dijatuhkan justru di medan oposisi, sekitar pukul 22.00 waktu setempat.

Pihak oposisi menuding loyalis Khadafy yang diduga kuat telah menyelinap ke oposisi dan menembak jet tempur koalisi. Pejuang oposisi yang kurang pengalaman dan tidak terorganisasi terkunci dalam sebuah pertempuran dengan loyalis Khadafy.

Ratusan relawan muda yang ikut bergabung bersama pejuang oposisi dilaporkan melarikan diri ke timur menuju Ajdabiya. Sayangnya, pasukan mereka malah terkena serangan bom koalisi.

Mohammed Abdallah, oposan lain, mengatakan, mereka masih memerlukan serangan udara koalisi untuk melumpuhkan loyalis karena Khadafy masih kuat serta memiliki senjata yang lebih baik dan canggih dibandingkan senjata mereka. ”Kami tidak bisa melawan dia (Khadafy) hanya dengan ini,” katanya sambil menunjuk senapan tua.

Pasukan Khadafy menembakkan roket ke Brega, Jumat malam. Sabtu dini hari, serangan itu dilanjutkan ke sekitar sebuah universitas di kota itu. Seorang oposan melarang wartawan melintasi pos pemeriksaan menuju kota karena pertempuran sedang berlangsung antara kubu loyalis dan oposisi yang dibantu NATO.

Seorang tentara oposisi, Kapten Khaled al-Ferjani, sebelumnya mengatakan, Brega masih dalam genggaman loyalis setelah mereka bergantian merebutnya dari oposisi. Pada Jumat malam, oposisi berjuang mengambil alih kota kaya minyak itu, tetapi dipukul mundur. Insiden salah sasaran serangan koalisi memperparah kekuatan mereka.

Dari lokasi yang menjadi target serangan udara, Reuters melaporkan, sedikitnya empat kendaraan, termasuk ambulans, di pinggir jalan dekat pintu masuk timur ke kota terbakar. Insiden itu disesalkan oposisi.

NATO, Sabtu, mengatakan sedang menyelidiki laporan oposisi tentang pesawat koalisi yang telah mengebom pasukan pejuang oposisi. Juru bicara NATO, Oana Lungescu, mengatakan, pihaknya sedang meminta keterangan dari pasukan yang terlibat dalam operasi Jumat malam itu.

Tolak gencatan senjata

Rezim Khadafy dilaporkan telah menolak persyaratan gencatan senjata yang diusulkan oposisi. Juru bicara Pemerintah Libya, Mussa Ibrahim, menilai syarat yang diminta oposisi itu berlebihan.

”Para pemberontak tidak pernah menawarkan keinginan mereka untuk berdamai. Mereka tidak menawarkan perdamaian. Mereka hanya mengajukan syarat-syarat yang mustahil,” ujar Mussa seperti dirilis BBC News, Sabtu.

”Mereka meminta kami untuk meninggalkan kota-kota kami sendiri.... Jika ini bukan ide gila, saya tidak tahu apa ini,” kata Mussa seperti dilaporkan Reuters. ”Kami takkan meninggalkan kota-kota kami. Kami pemerintah, bukan mereka,” kata Mussa seperti dikutip BBC.

Penjelasan Mussa menanggapi tawaran oposisi pada hari Jumat. Oposisi setuju gencatan senjata jika pasukan loyalis ditarik keluar dari kota-kota di Libya barat. Khadafy juga harus memberikan ruang kebebasan berpendapat dan berbicara kepada rakyat, baik lewat unjuk rasa maupun media massa.

Mustafa Abdel Jalil, Ketua Dewan Nasional Transisi Sementara, menyerukan agar Khadafy menyingkirkan semua ”tentara bayaran” dari jalan-jalan di Libya. Itu prasyarat lain yang diinginkan oposisi demi terwujudnya rencana gencatan senjata.

Dua minggu lalu, pasukan Khadafy berada di gerbang Benghazi dan pemimpin Libya itu berjanji, ”Tidak ada belas kasihan, tidak ada belas kasihan” untuk oposisi. Mereka akan dihajar ”dari rumah ke rumah, ruangan ke ruangan”. Dengan itu, rezim Khadafy tak menginginkan gencatan senjata kecuali berperang melawan oposisi yang disebut sebagai ”gerombolan teroris”.

Misrata

Di Misrata, kota di Libya barat, pasukan loyalis Khadafy masih terlibat pertempuran dengan oposisi. Serangan loyalis, Sabtu, menyebabkan sedikitnya enam orang tewas.

Dokter di Misrata menjelaskan, akibat serangan loyalis di kota itu dalam setengah bulan terakhir, sekitar 243 orang tewas dan lebih dari 1.000 orang terluka.

Oposisi menjelaskan, kebanyakan korban tewas akibat ulah petembak jitu. Seorang loyalis berusaha melukai warga sipil. ”Penggunaan senjata oleh Khadafy tidak untuk mencegah gerakan saja, tetapi juga menyebabkan deformasi atau kelumpuhan dalam berbagai kehidupan rakyat,” kata seorang dokter.

Krisis Libya yang terus-menerus telah memengaruhi harga minyak dunia. Harga minyak—seperti dilaporkan dua konsumen utama dunia, yakni China dan AS—Jumat, tertinggi dalam 30 bulan ini.

Kontrak harga minyak untuk penyerahan Mei naik 93 sen menjadi 107,65 dollar AS per barrel di NYMEX. Ini merupakan level tertinggi sejak 26 September 2008. Para pelaku pasar mencemaskan seretnya pasokan dari Libya.(AP/AFP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com