Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perseteruan Bunuh 800 Warga

Kompas.com - 02/04/2011, 18:10 WIB

KOMPAS.com — Perseteruan sia-sia antara Laurent Gbagbo dan  Alassane Ouattara membunuh 800 warga Pantai Gading. Warta AP dan AFP pada Sabtu (2/4/2011) mengutip pernyataan Komite Internasional Palang Merah (ICRC). "Mereka adalah korban rusuh antarkelompok massa pendukung," kata Juru Bicara ICRC Dorothea Krimitsas.

ICRC juga mengatakan kekerasan tersebut menggoncangkan. Pasalnya, skala dan tingkat kebrutalannya tinggi. 

Sampai akhir pekan pertama April, pertempuran masih berlanjut di ibu kota Abidjan antara pasukan yang loyal kepada presiden terpilih yang diakui masyarakat internasional, Alassane Ouattara, dengan pendukung presiden yang enggan mundur, Laurent Gbagbo.

Menurut Krimitsas, utusan dan sukarelawan dari Palang Merah Pantai Gading telah mengunjungi Duekoue pada Kamis dan Jumat untuk mengumpulkan bukti adanya pembunuhan, yang diduga terjadi Selasa sebelumnya.

"Para utusan melihat sendiri jenazah ada di mana-mana.Mereka membawa 28 jenazah ke rumah jenazah setempat dan banyak lagi yang akan dibawa ke sana beberapa hari ini," kata Krimitsas.

"Semua bukti mengindikasikan telah terjadi kekerasan antarsuku," ujarnya.

Menurut lembaga yang berpusat di Geneva itu, puluhan ribu laki-laki, perempuan, dan anak lari dari Duekoue sejak Senin. Kota ini terletak di persimpangan strategis antara Pantai Gading barat dan menjadi wilayah yang dikuasai pendukung pasukan yang setia kepada Ouattara, sejak Selasa. Organisasi Migrasi Internasional (IOM) mengatakan, warga Duekoue bergerak menuju kota Guiglo yang terdekat karena sangat ketakutan.

Abidjan

Tentara nasional Pantai Gading hampir tidak memberi perlawanan sejak pendukung Ouattara melancarkan serangan untuk menurunkan paksa Gbagbo, Senin lalu, dan kini bergerak mendekati ibu kota. Pendukung Outtara telah menguasai kota di utara ibu kota, Yamoussoukro, serta pelabuhan kunci San Pedro. Meski demikian, mereka belum berhasil mengalahkan militer loyalis Gbagbo di kota utama, Abidjan.

Sementara itu, pertempuran pecah di mana-mana, di luar kompleks istana kepresidenan, serta di kantor televisi nasional di Distrik Cocody. Pertempuran juga dilaporkan meletus di daerah Plateau dan Agban. Warga Abidjan mengatakan, mereka sangat ketakutan dan tidak berani keluar rumah.

Sementara kalangan mengatakan, Gbagbo bersembunyi di rumah mewah kepresidenan yang dijaga ketat bersama pada sekutu terdekatnya yang masih tersisa serta pasukan Pengawal Republik. "Laurent Gbagbo tidak akan ke mana-mana. Dia adalah presiden terpilih Pantai Gading dan akan menjabat lima tahun lagi," kata juru bicara Gbagbo dari Partai Front Populer Pantai Gading (FPI).

Sebaliknya juru bicara Ouattara, Patrick Achi, mengatakan, tak ada lagi tawaran berunding untuk Gbagbo agar mundur dengan damai. "Dia harus diseret ke pengadilan kriminal internasional. Itu satu-satunya pilihannya," katanya.

Sudah banyak pihak bertanya-tanya kapan Gbagbo akan benar-benar mundur setelah membawa negara yang mulanya merupakan perekonomian terbesar kedua di Afrika itu ke tubir kehancuran karena mempertahankan jabatan presiden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com