Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bencana Fukushima, Malapetaka Geopolitik

Kompas.com - 30/03/2011, 08:15 WIB
Oleh: RENE L PATTIRADJAWANE

PENDERITAAN rakyat Jepang dalam sejarah modern memang tidak ada tandingannya dibandingkan bangsa lain. Bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki dan mengakhiri Perang Dunia II mengguratkan luka yang dalam tentang kekejaman perang menggunakan senjata pemusnah massal.

Memasuki dekade kedua abad ke-21, kembali bangsa Jepang ditimpa kemalangan melalui tiga bencana sekaligus, gempa bumi masif, terjangan tsunami, dan potensi terjadinya krisis nuklir akibat hancurnya pusat pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima. Bencana beruntun ini juga belum pernah dialami oleh bangsa lain dalam sejarah peradabannya.

Kemalangan bencana Jepang sekali lagi menunjukkan malapetaka, alamiah maupun buatan manusia, secara langsung atau tidak berdampak drastis terhadap lingkungan dan kehidupan. Malapetaka Jepang 2011 menjelaskan secara gamblang faktor alam menjadi isu sentral bagi kita semua dalam mengarungi globalisasi setara sektor lainnya yang menyengsarakan, seperti krisis keuangan, peperangan proksi, dan lainnya.

Krisis nuklir dan dampak limbahnya menjadi pemicu bayangan traumatis mengacu kepada bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, pada saat energi nuklir menjadi renaissance berbagai bangsa dunia sebagai sumber energi populer mencari alternatif energi terbarukan.

Krisis nuklir Fukushima menjadi faktor krusial bagi kita semua tentang dampak bahaya dan ancaman energi nuklir. Ada beberapa pemikiran yang akan menentukan masa depan energi nuklir. Secara domestik, tenaga nuklir Jepang mencakup 13,6 persen kebutuhan pasokan energi dalam negeri, dan bersamaan dengan itu teknologi energi nuklir Jepang menjadi sentra penting pergeseran berbagai negara untuk dijadikan sebagai sumber energi.

Faktor penting lainnya adalah peranan krusial Jepang sebagai pembuat, investor, dan juga arbitrase moral berkaitan dengan teknologi nuklir. Malapetaka Fukushima menghasilkan pertanyaan, apa yang akan terjadi dalam pergeseran kebutuhan energi kita ke masa depan menggunakan tenaga nuklir?

Masalah krusial lainnya adalah apa konsekuensi geopolitik jangka panjang akibat malapetaka Fukushima ini? Kerusakan pembangkit energi nuklir Fukushima harus dimengerti tidak hanya sebagai persoalan Jepang, tetapi juga menjadi isu internasional terkait persoalan menghadirkan energi terbarukan dan juga dampak radiasi akibat kebocoran yang ditimbulkan.

Dalam konteks ini kita menjadi mengerti kenapa Doktrin Natalegawa dalam tata hubungan internasional tentang keseimbangan dinamis yang disampaikan Menlu RI Marty Natalegawa dalam dimensi regionalisme dan multilateralisme menjadi penting. Malapetaka Fukushima dan gempa bumi Miyagi sekali lagi menegaskan betapa pentingnya keseimbangan dinamis ini dalam berbagai konteks kehidupan.

Tidak ada spesies di dunia ini yang memberikan penekanan berlebihan terhadap lingkungan seperti yang dilakukan oleh manusia modern, pada pacu akselerasi yang dilakukan seperti yang terjadi di China, India, Brasil, dan negara-negara lain yang memodernisasi diri secara cepat. Dampak kemanusiaan pada keseimbangan dunia akibat bencana merupakan warisan yang tidak bisa diperkirakan.

Malapetaka Fukushima menjadi faktor penting untuk mendorong terciptanya keseimbangan dinamis dan harus menjadi agenda penting dalam pertemuan KTT Asia Timur di Indonesia tahun ini. Doktrin Natalegawa akan menjadi pemikiran penting untuk kembali mengkaji posisi kerja sama regional dan global dalam konteks geopolitik dunia pada masa depan. Bencana alam dan buatan manusia adalah persoalan kita bersama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com