Menteri Perindustrian Perancis Eric Besson mengatakan, pihak Tokyo Electric Power Co (Tepco) meminta bantuan otoritas nuklir dan dua pelaku industri nuklir di Perancis, Senin (28/3), untuk membantu menangani situasi kritis di Jepang.
”Dengan gembira saya mengabarkan bahwa Tepco untuk pertama kalinya telah meminta bantuan dari pihak-pihak terkait industri nuklir di Perancis,” tutur Besson di Paris.
Tiga lembaga yang dikontak Tepco adalah Komisi Energi Atom Perancis (CEA) dan dua raksasa perusahaan energi nuklir, Electricite de France (EDF) dan Areva SA. Areva, perusahaan pembuat reaktor nuklir, membenarkan adanya permintaan tolong dari Jepang tersebut.
Permintaan bantuan dari dunia luar ini dilakukan di tengah situasi kritis berkepanjangan di PLTN Fukushima Daiichi, yang rusak diterjang tsunami pada 11 Maret.
Hingga Senin, para pekerja dan teknisi dari Tepco masih belum menemukan sumber kontaminasi radioaktif yang mencemari air di sekitar reaktor Unit 1, 2, dan 3 PLTN tersebut. Para pekerja juga masih kesulitan memompa keluar dan mencari tempat pembuangan air terkontaminasi, yang menghalangi usaha memulihkan sistem pendingin reaktor.
Genangan air yang ditemukan di dalam bangunan reaktor Unit 2 memiliki tingkat radioaktivitas hingga 100.000 kali lebih tinggi daripada batas normal.
Sementara itu, parit-parit di sekitar bangunan turbin di reaktor Unit 3 diketahui memancarkan radiasi hingga 1.000 milisievert per jam. Padahal, batas maksimum paparan radiasi yang diperbolehkan bagi pekerja di PLTN tersebut hanya 250 milisievert per tahun.
Badan Perlindungan Lingkungan Hidup AS (EPA) menyatakan, satu dosis 1.000 milisievert saja sudah cukup untuk menimbulkan gejala-gejala penyakit radiasi, seperti pusing, muntah-muntah, dan pendarahan.