Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oposisi Siapkan Pemerintahan

Kompas.com - 29/03/2011, 04:07 WIB

benghazi, senin - Pada saat pasukan oposisi makin mendekati Tripoli, dewan nasional Libya timur di Benghazi, Senin (28/3), membahas rencana pembentukan pemerintahan persiapan. Dewan akan membentuk kabinet dengan para menteri yang bisa berdialog dengan sekutunya di luar negeri.

Rencana membentuk pemerintahan persiapan atau government-in-waiting itu bukan langkah politik yang mudah. ”Tugas itu berat dan mesti dilakukan secara bijak yang akan ditangani satu kelompok elite Libya. Kebanyakan dari mereka baru pulang dari pengasingan,” ungkap Agence France-Presse.

Sejak berhasil mengendalikan Benghazi dan kota-kota lain di Libya timur, oposisi mengumumkan wilayah itu membentuk pemerintahan sendiri, 2 Maret lalu. Saat itu para elite oposisi membentuk Dewan Nasional Transisi Sementara (PTNC) yang berkedudukan di Benghazi, kota terbesar kedua setelah Tripoli.

Intervensi koalisi militer Barat dan kini aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) membuat oposisi menguat. Posisi Moammar Khadafy makin terjepit. Memanfaatkan momentum kemenangan atas bantuan militer asing, oposisi berusaha membangun pemerintahan persiapan.

”Kami kini memerlukan sebuah entitas yang lebih terorganisasi baik dan mampu membangun institusi-institusi,” kata Imam Bugaighis, dokter gigi yang duduk di komite media PTNC.

Badan eksekutif

Entitas dimaksud adalah sebuah kabinet yang nyata, lengkap dengan para menteri yang diberdayakan untuk berbicara, membangun komunikasi politik yang baik dengan sekutu mereka di luar negeri, baik diplomat dan politisi Libya yang ada di luar negeri maupun pejabat pemerintahan negara lain.

”Kami sejatinya membutuhkan komite-komite yang dapat mengorganisasi semuanya itu dengan rapi,” kata Bugaighis.

Saat ini PTNC beranggotakan 31 tokoh kuat oposisi. Mereka itu utusan dari kota-kota besar dan kecil di Libya. Separuh anggotanya adalah tokoh politik yang baru pulang dari pengasingan di beberapa negara. Mereka mengasingkan diri karena terancam rezim Khadafy yang berkuasa sejak 1 September 1969.

PTNC diketuai mantan Menteri Kehakiman Mustafa Abdel-Jalil. Ia kini sedang ketar-ketir dan khawatir akan menjadi sasaran serangan loyalis Khadafy. Orang keduanya adalah Abdul Hafiz Ghoqa, yang sekaligus bertindak sebagai juru bicara.

Dari 31 anggota PTNC, 13 orang di antaranya sudah diumumkan ke publik. Selebihnya belum karena mereka masih berada di kota-kota yang sedang dikuasai pasukan loyalis Khadafy. Jika diumumkan, dikhawatirkan mereka akan menjadi target serangan, penculikan, dan bahkan bisa dibunuh para loyalis.

Setiap anggota komite dewan bertanggung jawab membuat laporan tentang perkembangan kota-kota yang telah dikuasai oposisi dan langkah apa yang akan dilakukan selanjutnya. ”Lebih atau kurang, kami ingin mengurus semua hal yang bisa diterima di kota-kota yang telah dibebaskan,” kata Bugaighis.

Mustafa Gheriani, rekan satu komite Bugaighis, menuturkan, PTNC seperti sebuah badan legislatif. Badan eksekutif baru akan menjadi pemerintahan transisi yang dapat diumumkan sebelum atau ketika Tripoli dapat direbut oposisi dari tangan Khadafy. Ia ingin badan eksekutif itu dapat segera dibentuk.

Guru besar

Kabinet baru itu diperkirakan akan dipimpin Mahmud Jibril, seorang guru besar. Ia pernah menjadi wakil oposisi untuk menemui Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy awal bulan ini. Menteri Pertahanan mungkin dijabat Omar al-Hariri. Diplomat dan mantan Menteri Ekonomi Libya Ali Essawi menjadi Menteri Luar Negeri.

PTNC juga masih menimbang siapa sosok yang tepat menjabat Menteri Informasi dan menteri lainnya. Setelah pemerintah resmi diumumkan, prioritas utama akan berhubungan dengan ekspor minyak, sumber pendapatan, dan penyusunan konstitusi baru. Juga gaji pegawai yang dua bulan ini belum diterimakan.

Di PTNC sebenarnya masih ada beberapa tokoh yang awalnya kurang setuju dengan pembentukan pemerintahan persiapan karena Khadafy masih kuat menguasai sebagian kota di Libya barat. ”PTNC masih ada, dan itu simbol persatuan,” kata Bugaighis. Semakin banyak wilayah jatuh ke oposisi, politisi Libya barat bisa ikut dalam pemerintahan.

(AFP/AP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com