Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Daraa Akan Memicu Revolusi Suriah?

Kompas.com - 28/03/2011, 04:25 WIB

Kota Daraa atau Dar’a, sekitar 125 kilometer selatan ibu kota Damaskus, bisa menjelma menjadi Sidi Bouzid di Suriah. Sidi Bouzid adalah nama kota dan provinsi di Tunisia yang menggerakkan revolusi yang menumbangkan rezim Zine al-Abidine Ben Ali pada Januari lalu.

Kota Daraa sepekan terakhir ini tiba-tiba menjadi sorotan media lokal dan internasional lantaran menjadi pijakan pertama gerakan aksi unjuk rasa antirezim Bashar al-Assad di Suriah. Aksi unjuk rasa itu dianggap bagian dari mata rantai gelombang revolusi yang sedang marak di dunia Arab saat ini.

Semula adalah ulah seorang anak muda berusia 10 tahun di kota Daraa pada pertengahan Maret lalu. Ia membawa pamflet bertuliskan ”Tumbangkan rezim Bashar Assad”.

Jumat, 18 Maret lalu, meletup aksi protes massa di kota Daraa, menuntut kebebasan dan reformasi politik serta pemberantasan praktik korupsi di Suriah. Aparat keamanan saat itu menembaki pengunjuk rasa yang menyebabkan empat orang tewas dan puluhan orang lainnya luka-luka.

Hari berikutnya, 19 Maret, aparat keamanan Suriah menggunakan gas air mata untuk membuyarkan aksi unjuk rasa pengantar jenazah korban tewas pada sehari sebelumnya.

Aksi unjuk rasa terus berlanjut hari Minggu, 20 Maret. Pengunjuk rasa saat itu mulai membakar kantor Partai Baath yang berkuasa dan gedung pengadilan di kota itu.

Daraa adalah nama kota sekaligus nama provinsi di ujung selatan negeri Suriah, dekat perbatasan dengan Jordania. Provinsi Daraa memiliki luas 4.000 kilometer persegi dengan penduduk sekitar satu juta jiwa. Kota Daraa sendiri hanya berpenduduk sekitar 100.000 jiwa.

Perekonomian provinsi dan kota Daraa bergantung pada hasil pertanian di mana tanah di wilayah tersebut subur dan kaya sumber air. Provinsi Daraa dikenal sebagai penghasil sayur-sayuran dan buah-buahan.

Letak wilayah yang dekat perbatasan dengan Jordania dan menjadi jalur lalu lintas darat Suriah-Jordania membuat kehidupan penduduk kota Daraa lebih dinamis dan terbuka.

Dari hari ke hari, aksi unjuk rasa di kota Daraa terus berkembang. Selasa, 22 Maret, aparat keamanan kembali menembaki massa yang sedang mengantar jenazah korban tewas pada sehari sebelumnya. Dilaporkan dua orang tewas akibat tembakan aparat keamanan itu.

Hari Rabu, 23 Maret, disebut sebagai hari paling berdarah bagi kota Daraa. Dilaporkan sedikitnya 15 pengunjuk rasa tewas ditembak aparat keamanan.

Para pengamat mulai membuat kalkulasi jika aksi unjuk rasa antirezim Bashar Assad terus membesar dan meluas ke kota-kota lain di Suriah. Apakah model revolusi Mesir dan Tunisia akan terjadi di Suriah? Atau seperti model Libya?

Eksistensi rezim penguasa Suriah sejak era Hafez Assad (1969-2000) hingga Bashar Assad (2000-sekarang) dikenal sangat bergantung pada jaringan keamanan dalam negerinya yang sangat kompleks.

Di Suriah terdapat sub-subkekuasaan semi-otonomi yang dikendalikan para jenderal. Sub-subkekuasaan itu sesungguhnya secara de facto merupakan penguasa hakiki di Suriah. Sub-subkekuasaan tersebut menjadi penyangga kekuasaan Presiden Bashar Assad.

Banyak dalih yang digunakan untuk terus memperkuat cengkeraman pengaruh jaringan keamanan itu, di antaranya karena Suriah adalah negara Arab garis terdepan dalam menghadapi Israel dan Dataran Tinggi Golan (wilayah Suriah) masih diduduki Israel. Suriah juga berdalih selalu menjadi incaran kekuatan asing, khususnya Barat, karena melindungi faksi-faksi oposisi Palestina dan pendukung kuat Hezbollah serta hubungan strategisnya dengan Iran.

Suriah pun merasa selalu terancam. Dalam menghadapi segala persoalan, baik politik, ekonomi, sosial, maupun budaya, Suriah selalu menggunakan pendekatan keamanan, bahkan jika perlu memakai kekerasan.

Media massa Suriah yang dikontrol pemerintah mulai menuduh kekuatan asing menunggangi aksi unjuk rasa antirezim Bashar Assad. Harian setengah resmi Al Watan edisi Kamis (24/3) menulis, apa yang dihadapi Suriah saat ini adalah pertarungan hakiki melawan kekuatan asing yang mengucurkan dana miliaran dollar untuk menggoyang keamanan dan stabilitas Suriah. Harian itu mengatakan, rakyat Suriah mendukung reformasi, tetapi bukan dengan cara menggunakan senjata, aksi unjuk rasa, dan berbagai ancaman lainnya.

Banyak pengamat memprediksi, jika gerakan aksi unjuk rasa antirezim Bashar Assad terus meluas, skenario terdekat adalah Suriah akan seperti model Libya. Militer dan aparat keamanan akan menindas rakyat dengan segala cara. Apabila bentrok militer-rakyat tidak bisa dikendalikan dengan korban terus berjatuhan, skenario memberlakukan zona larangan terbang di atas Suriah dengan dalih melindungi penduduk sipil oleh masyarakat internasional akan terjadi pula.

(Musthafa Abd Rahman, dari Kairo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com