Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jerman dan China Jadi Oposan

Kompas.com - 26/03/2011, 05:43 WIB

BEIJING, KOMPAS.com — Jerman, salah satu negara kuat Uni Eropa, secara mengejutkan keluar dari sekutu Barat terkait intervensi militer ke Libya. Negara itu bergabung dengan China menjadi oposan aksi militer karena bisa memicu eskalasi konflik bersenjata dan krisis kemanusiaan yang lebih serius.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Jiang Yu, dalam konferensi pers di Beijing, Jumat (25/3/2011), mengatakan, seorang pejabat tinggi Jerman akan mengunjungi China, 31 Maret-2 April. Salah satu topik krusial yang akan dibahas adalah upaya damai untuk mengakhiri krisis Libya.

Menurut situs resmi Kementerian Luar Negeri Republik Rakyat China, www.mfa.gov.cn, Menteri Luar Negeri dan Wakil Kanselir Jerman Guido Westerwelle diundang oleh Menlu China Yang Jiechi. Hubungan Beijing-Berlin selama ini diwarnai kerikil tajam pada masalah hak asasi manusia, perdagangan, dan keamanan.

Kini Jerman dan China bersepakat menolak intervensi kekuatan militer asing ke Libya. Saat terjadi pemungutan suara Dewan Keamanan PBB untuk menentukan perlu atau tidaknya intervensi militer ke Libya, China bersama Rusia menyatakan abstain. Jerman juga keluar dari sekutu Barat untuk bergabung dengan negara lain yang juga abstain.

Jerman tidak bergabung lagi dengan sekutu Baratnya setelah NATO, Selasa, memutuskan untuk melakukan blokade laut terhadap Libya. Sikap Jerman juga semakin kukuh setelah NATO mengambil alih komando dari koalisi AS, Perancis, dan Inggris, Kamis (24/3/2011) malam.

Keputusan Kanselir Jerman Angela Merkel untuk keluar dari setiap tindakan militer di Libya menarik kritik di dalam negeri. Sikap pemerintah berbeda dengan hasil jajak pendapat, yang menunjukkan mayoritas warga mendukung aksi militer untuk melindungi warga sipil Libya.

Jerman selaku anggota tidak tetap DK PBB sebelumnya setuju atas penerapan zona larangan terbang di atas Libya. Meski demikian, Jerman menolak serangan militer terhadap Libya. Sikap Jerman itu disampaikan Guido Westerwelle. Katanya, Jerman menentang aksi militer asing di Libya karena bisa membawa konsekuensi besar bagi Dunia Arab.

China, anggota tetap DK PBB, melihat Jerman sebagai sekutu. China sejak awal setuju penerapan zona larangan terbang di atas Libya, tetapi tidak setuju aksi militer. Sama seperti Rusia dan India, China menghormati kedaulatan Libya yang dipimpin oleh Moammar Khadafy.

Menlu Yang Juechi menekankan kedaulatan, kemerdekaan, persatuan, dan integritas Libya. "Kami berharap situasi perdamaian dan stabilitas di Libya pulih secepatnya. Eskalasi dalam konflik bersenjata dan krisis kemanusiaan yang lebih serius dapat dihindari," katanya dalam percakapan per telepon dengan Westerwelle, seperti yang dirilis www.mfa.gov.cn.

Panel Uni Afrika, beranggotakan 53 negara, juga mengecam aksi militer, baik oleh militer asing maupun pasukan Khadafy yang berpotensi menyasar warga sipil. Solusi atas krisis harus berlandaskan sikap hormat terhadap persatuan dan integritas wilayah Libya. Uni Afrika juga menolak "setiap bentuk intervensi militer asing" ke Libya. (AFP/AP/REUTERS/CAL) 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com