ABIDJAN, KOMPAS.com - Aksi kekerasan menewaskan 52 orang di Pantai Gading pekan lalu. Insiden itu menambah korban tewas tahun ini menjadi 462, kata misi PBB, Kamis (24/3/2011). Sementara, orang kuat Laurent Gbagbo tetap mempertahankan kekuasaannya.
Tembakan roket dan senjata api lainnya menghantam daerah pinggiran Abidjan di Abobo, pangkalan Presiden Alassane Ouattara yang diakui internasional, kata para saksi mata. Operasi PBB di Pantai Gading (UNOCI) mengatakan wilayah barat negara itu juga dilanda kerusuhan, dengan para petempur milisi menjarah satu gudang milik badan pengungsi PBB. "Pekan lalu penembakan dan aksi kekerasan secara membabi buta terhadap warga sipil menewaskan setidaknya 52 orang termasuk lima anak-anak dan tujuh wanita, serta belasan orang cedera," kata wakil direktur misi PBB.
"Jumlah seluruh orang yang tewas menjadi 462 orang sejak pertengahan Desember 2010," kata Guillaume Ngefa kepada wartawan.
Di Abobo, tempat banyak terjadi aksi kekerasan baru-baru ini menjadi pusat bentrokan senjata, dan seorang penduduk kepada AFP mengatakan ia mendengar suara tembakan senjata berat, roket-roket dan senjata api lainnya dekat lokasi tiu. Ia hanya melihat para anggota Pasukan Pertahanan dan Keamanan (FDS) yang pro-Gbagbo, tambahnya.
Pasukan pro-Ouattara dalam pekan-pekan belakangan ini terlibat bentrokan senjata dengan pasukan yang setia pada Gbagbo ketika mereka berusaha memasuki pangkalan milisi Ouattara di Abobo.
PBB, Kamis memperingatkan pasukan Gbagbo dan milisi lokal yang mendukung Ouattara bahwa serangan dengan sengaja dan tanpa pandang bulu atau serangan sistematis terhadap penduduk sipil dapat merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Ngefa mengatakan penduduk ibu kota bisnis Abidjan terus mengungsi meninggalkan tempat-tempat tinggal mereka akibat aksi kekerasan itu dan tidak adanya akses bagi pangan dan obat-obatan.
Velerie Amos, kepala operasi-operasi bantuan kemanusiaan dan darurat di markas besar lembaga itu di New York, merasa prihatin atas situasi itu. "Aksi kekerasan yang meningkat dan penggunaan senjata-senjata berat, terutama di daerah-daerah perkotaan, akan meningkatkan jumlah korban tewas dikalangan penduduk sipil," katanya dalam satu pernyataan.
"Saya juga prihatin atas target dan gangguan terhadap para imigran dari daerah-daerah lain Afrika Barat, ribuan orang dari mereka telah meninggalkan negara itu," katanya.
"Kehancuran properti sipil termasuk toko-toko juga sama sekali tidak dapat diterima," tambahnya.