Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negara Non-Barat Kecam Serangan ke Libya

Kompas.com - 21/03/2011, 03:54 WIB

BEIJING, MINGGU - Sejumlah negara, seperti China, Rusia, dan Iran, mengecam serangan militer yang dilancarkan sejumlah negara maju ke Libya. Dalam kesempatan terpisah, ketiga negara itu, Minggu (20/3), menilai keputusan serangan itu diambil secara terburu-buru dan mengandung niat terselubung.

Kesan seperti itu menguat, mengingat keputusan serangan militer dilakukan hanya didasari Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa soal Zona Larangan Terbang di Libya, dengan Perancis sebagai negara pertama yang berinisiatif mengerahkan militernya ke sana.

Inisiatif Perancis itu didukung sejumlah negara sekutunya, seperti Amerika Serikat dan Inggris, serta dukungan dari 22 negara anggota Liga Arab. Sikap Perancis dinilai aneh, mengingat dalam tahun 2003, mereka menentang keras langkah agresi militer AS ke Irak.

Kementerian Luar Negeri China lewat juru bicaranya, Jiang Yu, menyesalkan serangan tentara multinasional ke Libya, mengingat perkembangan positif sebenarnya sudah terjadi di Libya sebelum serangan terjadi.

”Kami sangat menyesalkan serangan ke Libya. Negara kami tak pernah setuju dengan penggunaan kekuatan bersenjata dalam konteks hubungan internasional. Kami berharap kondisi stabil segera kembali untuk menghindari jumlah korban sipil yang lebih besar,” ujar Jiang Yu.

Kecaman senada dilontarkan Pemerintah Rusia dan Iran. Pemerintah Rusia bahkan mendesak dihentikannya penggunaan kekuatan militer secara ”tak pandang bulu”, yang dilancarkan negara-negara Barat ke Libya.

Pemerintah Moskwa menyayangkan keputusan melancarkan serangan militer oleh kekuatan multinasional, yang dinilai diambil secara terburu-buru. Serangan militer yang dilancarkan justru telah merusak dan menghancurkan target-target nonmiliter, seperti jalan, jembatan, dan bahkan pusat kardiologi.

Pemerintah Iran menuduh negara-negara Barat yang terlibat dalam agresi militer ke Libya punya maksud lain untuk menguasai ladang minyak di Libya. Hal itu dilontarkan juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Ramin Mehmanparast.

”Dalam sejarah sudah sangat jelas, keinginan negara-negara Barat menguasai negeri yang mereka tekan selalu memunculkan keraguan terkait niat mereka sesungguhnya. Mereka biasa menggunakan slogan menyesatkan, seolah-olah mendukung rakyat di negeri itu, namun sebenarnya punya niat tersendiri,” ujar Mehmanparast.

Dalam kesempatan terpisah, pemimpin umat Katolik dunia, Paus Benediktus XVI, meminta para pemimpin dunia memerhatikan keselamatan rakyat sipil Libya sekaligus memastikan mereka memiliki akses pertolongan darurat. (XINHUA/AFP/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com