Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Libya Memanas, Agenda Obama Jalan Terus

Kompas.com - 21/03/2011, 03:52 WIB

Air Force One, pesawat kepresidenan Amerika Serikat, mendarat di Brasilia, disambut campuran sinar matahari dan hujan di pagi hari, Sabtu (19/3). Saat rudal-rudal AS menyerang Libya, Presiden AS Barack Obama tetap menjalankan agenda Amerika Latinnya dengan berkunjung ke Brasil.

Obama tiba disertai istrinya, Michelle, dua putrinya, Sasha dan Malia, serta mertuanya, Marian Robinson. Brasilia, ibu kota Brasil, adalah perhentian pertamanya dalam lima hari misi pendekatan yang juga akan membawanya ke Cile dan El Salvador. Dia memulai kunjungannya ke Brasil, sebagai sebuah tanda solidaritas di antara dua negara demokrasi dengan perekonomian terbesar di Benua Amerika. Obama juga berusaha melakukan terobosan dengan tema kerja sama energi, pendidikan, dan perdagangan.

Hanya saja, aksi militer di Libya membayangi jadwal basa-basi dan kebijakan Pemerintah AS dalam kunjungan Obama ini. Para pembantunya mengatakan, Obama merupakan partisipan aktif saat peristiwa itu terjadi: berbicara dengan penasihat keamanan nasional Tom Donillon; menelepon Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan dari Uni Emirat Arab, pendukung kuat resolusi larangan terbang; dan berkonsultasi dengan staf keamanan nasional, termasuk Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, sepanjang hari.

Namun, pembatalan rencana konferensi pers bersama dengan Presiden Brasil Dilma Rousseff—yang menurut Gedung Putih atas permintaan Brasil—membatasi komentar Obama mengenai hal itu hampir sepanjang hari. Sore hari, Obama buru-buru menambah sebuah pernyataan mengenai Libya untuk mengumumkan bahwa AS telah memulai operasi militer dengan mitra-mitranya.

Misi Obama di Amerika Latin adalah untuk meningkatkan hubungan ekonomi yang bisa menambah lapangan kerja di dalam negeri sekaligus membuktikan bahwa AS terlibat dengan negara-negara tetangganya yang dukungannya diperlukan dalam memerangi terorisme, narkoba, dan masalah iklim. Untuk alasan itu, Gedung Putih tidak pernah memperlihatkan kecenderungan membatalkan kunjungan itu.

Brasil menonjol karena kepentingan strategis dan ekonominya bagi AS. Sebagai negara dengan perekonomian nomor tujuh terbesar dunia, Brasil adalah anggota dari klub eksklusif negara-negara berkembang, dan Obama ingin meningkatkan kedudukannya berdampingan dengan India dan China.

”Saat AS memandang Brasil, kami melihat kesempatan untuk menjual lebih banyak barang dan jasa pada sebuah pasar sekitar 200 juta konsumen yang berkembang dengan cepat,” kata Obama dalam sebuah pertemuan dengan para pemimpin bisnis, berhati-hati untuk menghubungkan kunjungannya dengan perhatian para pemilih di dalam negeri. ”Bagi kami, ini adalah sebuah strategi lapangan kerja.”

Disambut hangat

Rousseff menyambut hangat Obama. Dia menyebut peran Obama sebagai presiden Afrika-Amerika pertama dan perannya sendiri sebagai presiden perempuan pertama Brasil sebagai bukti bangsa-bangsa mengatasi batasan-batasan.

Namun, Rousseff tak menyembunyikan frustrasinya dengan resistensi yang dihadapi Brasil untuk menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Dia mengimbau bantuan Obama dalam membuat perubahan-perubahan yang diperlukan di PBB. Dia juga mengungkapkan kekesalannya pada kebijakan-kebijakan AS yang telah mengenakan tarif terhadap barang-barang Brasil, termasuk etanol dan kapas, dan mengimbau aksi konkret untuk meningkatkan hubungan ekonomi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com