Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rakyat Hilang Kepercayaan

Kompas.com - 21/03/2011, 03:47 WIB

Tokyo, Kompas - Sebagian warga Jepang mulai hilang kepercayaan terhadap kemampuan pemerintahnya mengatasi krisis di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi. Meskipun Pemerintah Jepang menyatakan situasi mulai stabil dan terkendali, banyak warga mulai meninggalkan Tokyo dan mengungsi ke selatan, seperti Osaka.

Warga Tokyo yang bertahan di kota memilih tidak keluar ruangan. Suasana jalan dan stasiun yang biasanya ramai pada akhir pekan menjadi sepi. Pengurangan operasional kereta api akibat minimnya daya listrik menambah sepi suasana.

”Warga mulai kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah. Kita bisa melihat warga Tokyo menimbun bahan makanan. Ini tak biasa karena selama ini rakyat Jepang percaya kepada pemerintah,” kata Yamamoto Nobuto, Guru Besar Ilmu Politik Keio University, Tokyo, seperti dilaporkan wartawan Kompas Ahmad Arif dari Tokyo, Minggu (20/3).

”Anzen” dan ”anshin”

Dalam filosofi Jepang ada konsep anzen dan anshin. Anzen adalah keamanan bersifat fisik, sedangkan anshin lebih ke rasa damai dari hati. ”Bagi orang Jepang, yang lebih penting adalah anshin. Ini mulai hilang. Rekan-rekan saya, orang Jepang sendiri, sudah mulai mengungsi,” kata Nobuto.

Di tengah krisis kepercayaan, ada perbedaan data pemerintah Amerika dan Jepang soal dampak radiasi. Amerika menyatakan zona aman seharusnya di luar radius 80 kilometer dari reaktor Unit 1, sedangkan Jepang memakai batas radius 20 km. Warga dalam radius 30 km disarankan diam di dalam rumah.

Pemerintah Amerika telah mengevakuasi warganya dari area 80 km dari PLTN Fukushima Daiichi, seperti juga Korea Utara, Inggris, Australia, Selandia Baru, dan Meksiko. Di Tokyo, yang berjarak 200 km dari Fukushima, beberapa kedutaan besar negara asing tutup sementara.

”Kondisi ini memperparah krisis kepercayaan warga. Mereka mengira ada yang ditutupi. Masalahnya adalah komunikasi ke publik dan koordinasi pemerintah sendiri,” kata Nobuto.

Krisis kepercayaan itu terutama terjadi di kota. Warga di luar zona 30 km dari reaktor Unit 1 masih bertahan. ”Orang-orang di sana belum mau pergi. Mereka hanya akan pergi jika diminta pemerintah,” kata Herlina Semi (30), perawat asal Indonesia yang tinggal di Koriyama, sekitar 40 km dari reaktor Unit 1.

Masih aman

Kandidat doktor nuklir dari Tokyo Institute of Technology, M Kunta Biddinika, menilai krisis nuklir di Jepang tidak separah pemberitaan media Barat. Ia menilai situasi di Tokyo aman.

Kunta adalah anggota tim nuklir bentukan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Jepang bersama 10 mahasiswa Indonesia lain yang belajar nuklir di Jepang. Tim itu merekomendasikan Tokyo masih aman dan warga belum perlu dievakuasi.

”Upaya mengatasi kerusakan PLTN Fukushima mengalami kemajuan. Kabel pompa terpasang di reaktor Unit 1 dan 2 setelah sebelumnya di reaktor Unit 5 dan 6,” kata Kunta.

Teddy Ardiansyah, yang juga anggota tim nuklir KBRI, mengatakan, data pengukuran radiasi Pemerintah Jepang di 47 prefektur menunjukkan tidak ada kecenderungan naik. ”Justru cenderung turun dan stabil kondisinya,” ujarnya.

Walau demikian, menurut Duta Besar RI untuk Jepang M Lutfi, pihaknya tetap memantau situasi karena keadaan bisa berubah sewaktu-waktu. Setiap malam, tim nuklir bertemu menganalisis perkembangan terbaru. KBRI menetapkan zona aman 50 km dari reaktor Unit 1.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com