Warga Tokyo yang bertahan di kota memilih tidak keluar ruangan. Suasana jalan dan stasiun yang biasanya ramai pada akhir pekan menjadi sepi. Pengurangan operasional kereta api akibat minimnya daya listrik menambah sepi suasana.
”Warga mulai kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah. Kita bisa melihat warga Tokyo menimbun bahan makanan. Ini tak biasa karena selama ini rakyat Jepang percaya kepada pemerintah,” kata Yamamoto Nobuto, Guru Besar Ilmu Politik Keio University, Tokyo, seperti dilaporkan wartawan Kompas
Dalam filosofi Jepang ada konsep anzen dan anshin. Anzen adalah keamanan bersifat fisik, sedangkan anshin lebih ke rasa damai dari hati. ”Bagi orang Jepang, yang lebih penting adalah anshin. Ini mulai hilang. Rekan-rekan saya, orang Jepang sendiri, sudah mulai mengungsi,” kata Nobuto.
Di tengah krisis kepercayaan, ada perbedaan data pemerintah Amerika dan Jepang soal dampak radiasi. Amerika menyatakan zona aman seharusnya di luar radius 80 kilometer dari reaktor Unit 1, sedangkan Jepang memakai batas radius 20 km. Warga dalam radius 30 km disarankan diam di dalam rumah.
Pemerintah Amerika telah mengevakuasi warganya dari area 80 km dari PLTN Fukushima Daiichi, seperti juga Korea Utara, Inggris, Australia, Selandia Baru, dan Meksiko. Di Tokyo, yang berjarak 200 km dari Fukushima, beberapa kedutaan besar negara asing tutup sementara.
”Kondisi ini memperparah krisis kepercayaan warga. Mereka mengira ada yang ditutupi. Masalahnya adalah komunikasi ke publik dan koordinasi pemerintah sendiri,” kata Nobuto.
Krisis kepercayaan itu terutama terjadi di kota. Warga di luar zona 30 km dari reaktor Unit 1 masih bertahan. ”Orang-orang di sana belum mau pergi. Mereka hanya akan pergi jika diminta pemerintah,” kata Herlina Semi (30), perawat asal Indonesia yang tinggal di Koriyama, sekitar 40 km dari reaktor Unit 1.