Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada "Hiroshima" di Fukushima

Kompas.com - 19/03/2011, 03:26 WIB

YUNI IKAWATI

Seminggu sejak gempa berkekuatan 8,9 skala Richter mengguncang Pulau Honshu (11/3), upaya penanganan kebakaran di empat reaktor Fukushima Daiichi, Jumat (18/3), mengalami kemajuan. Sistem pendingin di reaktor telah teraliri listrik. Berbagai faktor mendukung keberhasilan itu.

Gempa Miyagi, yang dinyatakan terbesar dalam catatan kegempaan di Jepang dalam 140 tahun terakhir, menyebabkan terhentinya operasi 11 reaktor di pantai timur Pulau Honshu. Selain 3 unit di Fukushima Daiichi (Satu), reaktor yang berhenti beroperasi ada di Fukushima Daiimi (Dua) 4 unit, Onagawa (3 unit), dan Tokai (1 unit).

Reaktor berhenti secara otomatis—sesuai dengan rancangan—akibat gempa berkekuatan 8 SR lebih. Selain itu, tidak terjadi keretakan bangunan reaktor, pelelehan teras, dan kebocoran bahan radioaktif dalam jumlah berarti.

Dari 11 reaktor itu, tujuh di antaranya berhasil melewati masa kritis karena sistem pompa cadangan yang dihidupkan mesin genset dapat berfungsi setelah reaktor dimatikan. Namun, tidak demikian pada tiga unit di Fukushima Daiichi (reaktor nomor 1, 2, dan 3) serta reaktor nomor 4 yang dalam perawatan rutin.

Pendinginan tidak terjadi pada empat reaktor itu hingga diambil tindakan pelepasan gas hidrogen ke udara luar lewat saluran berkatup.

Gas hidrogen dihasilkan dari reaksi uap air terkena dinding teras yang bersuhu ribuan derajat celsius. Ketika terkena udara luar yang mengandung oksigen, gas hidrogen meledak.

Kasus berbeda terjadi pada reaktor nomor 4. Menurut Setiyanto, Kepala Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Reaktor Batan, yang memantau perkembangan di Fukushima Daiichi, reaktor nomor 4 sebelum gempa memang dalam kondisi tidak aktif karena akan menjalani servis rutin. Meski tidak aktif, reaktor itu tetap menyimpan panas dari proses peluruhan sebelumnya. Penurunan suhu memerlukan waktu lama. Untuk sampai pada suhu kamar diperlukan waktu tahunan.

Karena itu, pendinginan dengan sirkulasi air di kolam yang merendam teras perlu terus dilakukan. Namun, sirkulasi terhenti ketika pasokan listrik padam dan mesin generator diesel tak berfungsi.

Pendinginan air

Penurunan suhu dalam reaktor dilakukan dengan beberapa cara akibat tidak berfungsinya tiga generator cadangan. Pemasukan air laut ke reaktor dilakukan dengan cara menginjeksikan lewat saluran air. Selain itu, dilakukan pula penyemprotan dari udara dengan helikopter.

Selain itu, untuk menekan tingkat radiasi ke udara, dilakukan pendinginan dengan penembak air (water cannon) yang dilakukan sejak Kamis (17/3).

Dengan mengalirnya listrik ke pompa untuk kolam pendingin, diharapkan tidak terjadi pelelehan inti reaktor nuklir yang menimbulkan kondisi seperti yang terjadi di Hiroshima.

Syahrir, dari Pusat Teknologi Radiasi dan Penanganan Limbah Radioaktif Batan, menambahkan, pemadaman kebakaran paling efektif pada sumber yang mengandung radiasi adalah air.

Dengan air, radiasi bahan nuklir akan tertahan penyebarannya ke udara. Namun, setelah itu aliran air harus dikendalikan.

Penanganan kebakaran

Keberadaan reaktor di suatu kawasan menuntut keterlibatan semua pihak terkait. Skala penanganan dikaitkan dengan dampak radiasi yang mungkin ditimbulkan jika terjadi kebocoran.

Penanganan radiasi dalam kawasan reaktor dilakukan oleh petugas pengelola. Jika radiasi tak tertangani hingga menyebar keluar kawasan, maka harus melibatkan pihak terkait lain. Di Batan, hal ini antara lain ditangani oleh tim pemadam kebakaran, SAR, Gegana Polri, Tim Nubika ABRI, hingga petugas polsek setempat.

Keterlibatan pihak lain di luar Batan mengikuti aturan yang ditetapkan Badan Tenaga Atom Dunia (IAEA). Reaktor yang berkapasitas hingga 2 megawatt (MW), disebut berkategori 3, hanya ditangani oleh petugas reaktor. Untuk Kategori 2 yang berkisar 2 MW hingga 100 MW dan Kategori 1 di atas 100 MW memerlukan keterpaduan pihak lain yang terkait.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com