Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tsunami Itu Datang Sebelum Sakura Mekar

Kompas.com - 18/03/2011, 08:47 WIB

Kesennuma termasuk salah satu daerah yang terparah diamuk tsunami. Dari 75.000 warga, 20.000 orang di antaranya menjadi pengungsi. ”Banyak korban di sini. Yang hilang masih 1.500 orang,” kata Mikasa.

Selain rumah, pelabuhan dan pabrik-pabrik pengolahan hasil laut tempat magang ke-33 remaja putri asal Indonesia itu juga hancur. Perempuan Kesennuma itu mengisahkan bencana tersebut dengan tegar. Tak ada tangis ataupun keluh kesah. ”Semua cukup di sini. Ada air, ada makanan. Hanya listrik yang padam,” katanya.

Ketegaran itu menjalar pada remaja-remaja putri Indonesia. ”Saya belajar banyak dari mereka, seperti kerja keras, disiplin, dan tak banyak mengeluh,” kata Marlina.

Saat gempa mengguncang pada Jumat (11/3), Marlina dan kawan-kawannya tengah bekerja di pabrik sekitar 100 meter dari tepi laut. ”Lima menit setelah gempa, ada peringatan akan ada tsunami 6 meter,” kata Sofiah (21), asal Jepara, Jawa Tengah.

Segera para pekerja pabrik ini berlari ke arah bukit yang berada tepat di belakang pabrik. ”Saat baru datang di Kesennuma, kami diajari apa yang harus dilakukan saat terjadi gempa dan tsunami,” katanya.

Dari atas bukit itu, dia melihat pabrik tempatnya bekerja hancur dihantam tsunami. Demikian juga rumah kontrakan mereka luluh lantak, menghanyutkan seluruh barang pribadi mereka. ”Kami beruntung di belakang pabrik ada bukit tinggi. Semua karyawan di pabrik selamat,” ujarnya.

Marlina mengisahkan bencana yang nyaris merenggut nyawanya itu dengan tenang. Demikian juga Sofiah, yang terdengar sangat tenang saat menelepon pacarnya untuk pertama kali setelah gempa dan mengabarkan bahwa dia serta teman-temannya selamat.

”Semua barang pemberian ’Aa’ hilang. Hanya yang tersisa di badan. Saya juga masih memakai seragam perusahaan dan sepatu bot,” kata Sofiah kepada keluarganya di seberang telepon.

”Jadi, jangan kaget kalau nanti pulang kami masih pakai sepatu bot dan seragam kerja. Kami juga bau ikan. Tetapi, yang terpenting kami semua di sini selamat,” tuturnya.

Namun, remaja-remaja ini sedikit resah dalam perjalanan di bus menuju Tokyo itu. Mereka mendiskusikan masa depan sekembali pulang ke Indonesia. ”Di Indonesia ada pekerjaan apa, ya? Kami tidak mau hanya menunggu datang orang ’membawa lemari’ (dilamar),” kata Irma (19), yang juga asal Jepara.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com