Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sapto: Minta Ampun dan Doakan Anak-Istri

Kompas.com - 11/03/2011, 21:57 WIB

TOKYO, KOMPAS.com - Gempa bumi 8,9 SR, disertai Tsunami yang melanda Jepang, benar-benar terasa sangat menakutkan. Sapto yang lebih 20 tahun bekerja di bidang IT, tinggal di Tokyo, Jepang dan telah seringkali mengalami gempa.

"Saya tidak pernah merasa takut dan cemas. Gedung bergoyang itu sudah biasa, tapi kali ini rasa takut itu datang," kata Bambang Sapto Nugroho, nama lengkap pria asal Yogyakarta, alumni ITB 1989 ini.

Kali ini goncangan gempa sangat keras dan lama, barang-barang di atas meja mulai jatuh. Sapto segera bersembunyi di bawah meja. "Setiap goncangan saya konfirmasi teman Jepang saya: Ini gempa bahaya atau tidak? Horisontal atau vertical," katanya.

Gempa jika horisontal masih agak aman, artinya agak jauh dari pusat gempa. Namun, meskipun jauh dari pusat gempa goyangan horisontal yang cukup besar bisa merobohkan gedung.

Buktinya, meja sempat bergesar 5 cm, yang berarti gedungnya sendiri bergoyang bisa sampai 1 meter. Sempat terjadi goyangan besar tiga kali.

"Saya sudah bawa tas dan mau keluar gedung (meski butuh waktu turun tangga dari lantai enam). Teman jepang saya hanya diam saja setelah terjadi goyangan besar, mungkin dia sendiri juga takut," ungkap Sapto lewat email pada Jumat (11/3/2011) petang.

Saat Sapto bersembunyi di bawah meja, goncang keras masih terus terjadi. Komputer dan monitor di atas meja berjatuhan. "Saya sudah membayangkan gedung kantor saya roboh. Saya membayangkan wajah anak dan istri yang saya cintai. Lalu, saya berdoa sebentar, mohon pengampunan dan mendoakan anak dan istri saya," kata Sapto.

Mungkin Tuhan masih mendengar doa Sapto. Usai menyelesaikan doanya, goncangan besar akhirnya berhenti, tapi goncangan kecil masih berlanjut terus.

"Saat itu, komunikasi telpon terputus, listrik masih hidup. Komunikasi hanya bisa saya lakukan lewat internet, email dan facebook, untuk mengabarkan kondisi saya ke saudara dan teman-teman," kata Sapto.

Saat gempa terjadi istri dan anak perempuan Sapto berada di gedung karena ada acara pentas nyanyi. "Anak pertama saya lagi di rumah, saya ingat anak saya selalu online via skypenya, langsung saya kontak. Tersambung dan menanyakan kondisinya dan kondisi rumah."

Puji syukur anak laki-laki saya selamat dan kondisi rumah juga tidak apa-apa, meskipun rumah kontrakan kami ada di lantai enam.

Namun, Sapto masih merasa resah karena istri dan anak putri tidak ada kabar beritanya. Baru satu jam kemudian, istri dan putrinya mengabarkan mereka selamat dan sudah di rumah.

Menurut Sapto, pihak pemerintah Jepang lewat saluran televisi telah melaporkan korban tewas sementara sekitar 300 orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com