Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres Pertanyakan Akurasi Media

Kompas.com - 11/03/2011, 11:44 WIB

CANBERRA, KOMPAS.com — Wakil Presiden Boediono mempertanyakan akurasi pemberitaan di dua media cetak Australia, The Age dan Sydney Morning Herald, yang memuat bocoran nota diplomatik bersumber dari Wikileaks tentang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Sumbernya adalah catatan diplomat yang masih mentah dan tidak diverifikasi kebenarannya," kata Boediono di Kedubes RI di Canberra, Jumat (11/3/2011).

Boediono mengatakan hal itu dalam jumpa pers mendadak di sela melakukan kunjungan kerja ke Australia. Ia menanggapi pemberitaan dua media massa tersebut.

Oleh sebab itu,  Wakil Presiden menegaskan, pemberitaan tersebut tidak membuat dirinya berkurang keyakinannya terhadap integritas maupun kredibilitas Yudhoyono. "Presiden SBY dan saya berbagi cita-cita yang sama. Sebagai Wapres dan seorang yang telah cukup lama bekerja sama dengan beliau, saya yakin sepenuhnya, tidak mempunyai keraguan sedikit pun," kata Boediono.

Boediono mengatakan, dirinya tidak mempunyai keraguan sedikit pun kepada Presiden yang mempunyai niat tulus untuk memajukan dan menyejahterakan bangsa dengan melanjutkan reformasi, memberantas korupsi, serta mewujudkan pemerintah yang bersih.

Sampai Jumat siang waktu setempat, Wapres masih berada di Canberra dan belum ada rencana mempercepat kepulangannya ke Indonesia. Pada Sabtu pagi, Wapres dan rombongan dijadwalkan akan melanjutkan perjalanan ke Sydney.

The Age

Harian Australia, The Age, Jumat (11/3/2011), memuat berita utama tentang penyalahgunaan kekuasaan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Laporan harian itu berdasarkan kawat-kawat diplomatik rahasia Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta yang bocor ke situs WikiLeaks.

Kawat-kawat diplomatik tersebut, yang diberikan WikiLeaks khusus untuk The Age, mengatakan, Yudhoyono secara pribadi telah campur tangan untuk memengaruhi jaksa dan hakim demi melindungi tokoh-tokoh politik korup dan menekan musuh-musuhnya serta menggunakan badan intelijen negara demi memata-matai saingan politik dan, setidaknya, seorang menteri senior dalam pemerintahannya sendiri.

Kawat-kawat itu juga merinci bagaimana mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Desember 2004 dilaporkan telah membayar jutaan dollar AS, sebagai uang suap, agar bisa memegang kendali atas Partai Golkar. Kawat-kawat itu juga mengungkapkan bahwa istri Presiden, Kristiani Herawati, dan keluarga dekatnya ingin memperkaya diri melalui koneksi politik mereka.

Laporan The Age itu muncul saat Wakil Presiden Boediono mengunjungi Canberra hari ini untuk berbicara dengan Wayne Swan yang bertindak sebagai Perdana Menteri Australia, dan berdiskusi dengan para pejabat negara itu tentang perubahan administratif untuk mereformasi birokrasi di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com