Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Libya Seret Bursa AS

Kompas.com - 10/03/2011, 07:34 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com — Meningkatnya kekerasan di Libya menyeret jatuh bursa saham Amerika Serikat (AS). Kekerasan di kawasan tersebut telah menyurutkan optimisme bakal berlanjutnya rally pasar saham AS.

Indeks Standard & Poor's 500 melanjutkan koreksi hari yang ketiga, dengan ditutup jatuh 0,1 persen ke level 1.320,02 pada pukul empat sore di New York. Sementara, Dow Jones Industrial Average melemah kurang dari dari 0,1 persen ke posisi 12.213,09.

Beberapa saham yang menyeret indeks, yaitu Caterpillar Inc dan DuPont Co, masing-masing turun 1 persen. Adapun Texas Instruments Inc merosot 3,1 persen setelah turunnya proyeksi laba perusahaan pembuat chip terbesar ini. Sementara itu, saham yang masih berhasil melaju adalah International Business Machines Corp yang naik 2,2 persen, setelah Deutsche Bank AG mengangkat proyeksi sahamnya.

S & P 500 sudah jatuh 1,7 persen dari level tertinggi tahun ini pada 18 Februari karena lonjakan harga minyak di tengah kerusuhan di Libya dan Timur Tengah. Padahal, patokan bursa saham AS ini sedang berusaha keluar dari posisi bearish sejak dua tahun lalu, seiring stimulus pemerintah dan membaiknya pendapatan perusahaan selama delapan kuartal berturut-turut.

Pejabat Libyan Emirates Oil Refining Co mengatakan, kilang minyak terbesar di Libya, Ras Lanuf, ditutup karena pertempuran antara pasukan pemerintah dan kubu oposisi. Namun, di New York, semalam, harga minyak WTI turun 0,6 persen ke level 104,38 dollar AS per barrel karena kenaikan cadangan minyak AS sedikit memudarkan kekhawatirkan akan kekerasan di Libya.

Direktur Strategi Pasar RBC Wealth Management Philip Dow menyebut, pasar cemas terhadap risiko geopolitik. Jika investor memerhatikan setiap ketidakpastian jangka pendek yang berlangsung dalam dua tahun terakhir maka akan melewatkan langkah besar pemulihan pasar saham. "Namun, tidak ada cukup bukti yang bisa menggagalkan pemulihan ekonomi. Bursa masih ekspansi," ujarnya.

"Kecenderungan tren umum pasar saham akan lanjut bullish, meskipun meningkatnya kekhawatiran inflasi, utang, konflik global, juga naiknya suku bunga dan harga minyak," kata Kully Samra dari Charles Schwab Corp. (Dupla Kartini/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com